HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa I; Ibr 3:7-14; Mzm 95; Mrk 1:40-45
KEMBALI lagi Yesus membuat mukjizat penyembuhan. Kali ini seorang kusta yang dibuat-Nya tahir. Kemudian Yesus menyuruh orang itu pergi memperingatkan dia dengan keras untuk tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapapun juga, tetapi hendaklah ia pergi kepada imam (ay. 43-44). Tetapi apa yang terjadi? Orang yang baru ditahirkan ini ternyata tidak menaati larangan Yesus dan malah “pergi memberitakan peristiwa itu serta menyebarkannya ke mana-mana†(ay. 45). Saya tak tahu apakah dia juga menghadap imam untuk melaporkan kesembuhannya (bdk. Im 14) sebagaimana diperintahkan Yesus.
Bagaimana kita mau menilai orang ini? Di satu pihak, dia dilarang berbicara tentang peristiwa yang ia alami; tetapi di lain pihak, dengan jelas ia melanggar perintah itu dengan mewartakan pengalaman itu. Rupanya pengalaman disembuhkan ini begitu kuat mendorong dari dalam batinnya untuk dibagikan kepada orang lain. Kalau demikian, maka ketidaktaatan kepada perkataan Yesus lalu tidak perlu dipandang sebagai sesuatu yang terlalu negatif.
Lalu? Pewartaan tentang Yesus akan lebih berdaya guna dan berhasil guna jika didasari sebuah pengalaman pribadi yang otentik bersama Yesus. Mari kita menengok kembali diri kita, di mana Tuhan menyentuh kita secara amat pribadi dan mengesankan?
V. Indra Sanjaya