HIDUPKATOLIK.com -Â PW St Yohanes, Rasul dan Penginjil; 1 Yoh 1:1-4; Mzm 97; Yoh 20:2-8.
PADA awal kisah kebangkitan, Yohanes menulis, saat Maria Magdalena (MM) pergi ke kubur, “hari masih gelap†(ay. 1). Inilah gambaran kegelapan spiritual (bdk. Yoh 1:5; 3:9; 8:12; 12:35, 46) yang dialami MM, sehingga ia tidak memahami makna “makam kosongâ€. Kegelapan ini baru terhapus setelah Yesus yang bangkit menyapanya dengan “menyebut namanyaâ€, “Maria†(ay.16). Ini mengingatkan pada Yoh 10:3-4, “ia memanggil domba-dombanya menurut namanya… dan mereka mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranyaâ€.
Kisah “murid yang lain†berbeda. Dia bersama Petrus dipanggil oleh MM untuk menjadi saksi yang sah dari fakta “makam kosongâ€. “Murid yang lain†ini–sering disebut pula sebagai “murid yang dikasihi-Nyaâ€â€“tampil dalam Injil Yohanes (lih. 13:23; 19:26-27; 20:2; 21:7. 20-23), semuanya terkait peristiwa-peristiwa penting dalam episode sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Posisi sebagai murid dikasihi ini membuat ia paling cepat percaya pada makna “makam kosongâ€, yaitu bahwa “Ia harus bangkit dari antara orang mati†(ay. 9), sebuah gema dari Mzm 16:10, “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaanâ€.
Dari kisah MM maupun “murid yang lainâ€, iman akan kebangkitan adalah sebuah karunia dan rahmat dari Yang Ilahi. Inisiatornya adalah Allah. Di sinilah, “membuka hati†menjadi utama, bukan hanya terbatas untuk dan kepada Allah, tetapi juga untuk dan kepada sesama.
Henricus Witdarmono