HIDUPKATOLIK.com -Â Masa Adven IV: 1Sam 1:24-28; Mzm 1Sam; Luk 1:46-56
MADAH Magnificat, di satu pihak menunjukkan bahwa janji-janji Allah kepada Abraham dan jajarannya telah terpenuhi (bdk. Kis 3:13,25); di lain pihak Magnificat menggambarkan keprihatinan dan simpatik terhadap kaum lemah yang mendambakan pembebasan. Keduanya merupakan tema sentral yang tersirat dalam seluruh Injil Lukas. Maria di Nazaret telah berubah oleh karena Roh Kudus yang dikandungnya. Rahasia Allah yang Mahabesar itu tidak lagi hanya “disimpan dalam hati†tetapi diungkapkan dalam pujian: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juru Selamatku (ayat 46b).
Ungkapan puji diri semacam ini hanya datang dari orang yang merasa mapan akan rahmat Tuhan yang berkarya dalam dirinya. Karya agung Allah atas diri Maria tak terlepas dari rencana-Nya untuk keselamatan dunia. Maria menyadari hal itu, maka ia melanjutkan renungan tentang panggilan dirinya dalam konteks rencana Allah bagi dunia (ayat 50-55). Maria menentang kondisi mapan dengan pemerasan, perbudakan terhadap kaum lemah. Ia memandang kenyataan yang pahit itu dengan penuh harapan: kedatangan Allah yang sedang dalam kandungannya, akan merombak dunia. Maria melihat segala realitas dunia dengan kacamata iman, dengan pandangan ideal. Di tengah situasi manusia yang tak pasti, Maria mengkontemplasikan kedatangan Allah yang sedang mengubah dunia (transformasi).
Gaung Magnificat bukan saja nyanyian merdu, tapi bagaikan bara api yang membakar di setiap telinga. Maria mendambakan sebuah transformasi dari keadaan mapan menjadi lebih baik. Iman dan kesetiaan Maria untuk bekerjasama dengan Allah telah menjadikan dirinya pintu menuju kehidupan dan keselamatan, yang hanya diperoleh melalui Yesus Kristus (bdk. Yoh 11:25; 14:6)
Sr Grasiana PRR