HIDUPKATOLIK.COM – GEREJA sangat membutuhkan gembala. Pernyataan ini kiranya mewakili kerinduan umat Katolik Indonesia, khususnya Keuskupan Sintang setelah ditinggalkan gembala utamanya, Mgr Agustinus Agus sejak Juni 2014 lalu yang bertugas sebagai Uskup Agung Keuskupan Pontianak.
Pada Rabu, 21 Desember 2016, Paus Fransiskus membalas kerinduan umat Sintang dengan menunjuk Romo Samuel Oton Sidin OFMCap menjadi Uskup Sintang menggantikan Mgr Agustinus Agus. Tentu ini menjadi sebuah kado istimewa bagi umat Katolik di hulu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi ini.
Ketika HIDUP mengkonfirmasi, Mgr Agustinus Agus, Administrator Apostolik Keuskupan Sintang mengatakan dipilihnya Romo Samuel kiranya mengubah stigma yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa seorang Uskup harus dari imam Projo. Mgr Agustinus mengatakan Gereja itu bersifat universal yang kemudian diejawantahkan oleh Gereja lokal. Maka tidak ada alasan untuk Gereja harus mengikuti kemauan umat. Seseorang dipilih bukan keinginan dari Paus tetapi melalui refleksi dan pertimbangan yang matang.
Berkomentar soal Romo Samuel, Mgr Agustinus mengatakan kehadiran Romo Samuel bisa jadi mengubah wajah Keuskupan Sintang menjadi lebih cerah. Apalagi Romo Samuel sendiri adalah putera asli Sintang. “Romo Samuel hidup dan besar di Sintang. Ia juga pernah menjadi Provinsial Kapusin selama tiga tahun. Saya yakin dia punya banyak pengetahuan dan pengalaman soal kehidupan umat di sini,”ungkap Mgr Agus.
Meski demikian Mgr Agus mengakui tantangan terbesar adalah bagaimana menyatukan umat yang jauh. Hal ini karena Keuskupan Sintang sendiri menyebar di tiga Kabupaten dari Provinsi Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas wilayah 62,120 Km². “Bahkan lebih banyak umat itu tinggal di pedalaman di tiga kabupaten tersebut. Ini tugas berat Romo Samuel kelak,” jelas Mgr Agus.
Mgr Agus pun berharap agar umat tidak melihat kepemimpinan di Gereja sama halnya dengan kepemimpinan di politik atau lembaga pemerintahan. Masing-masing Uskup punya karakter dan cara tersendiri dalam mengembalakan umatnya. Paling penting, kata Mgr Agus, jangan pernah membeda-bedakan gembala. “Apa yang terjadi ini kita percaya itu adalah campur tangan Roh Kudus. Selamat untuk Romo Samuel dan bekerjalah dengan hati berseri, ” demikian Mgr Agus.
Yusti H.Wuarmanuk