HIDUPKATOLIK.com -Â Sebagai warga negara, umat Katolik memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lain, menjaga kebhinnekaan dan jangan bermental keong.
MATAHARI bersinar terik. Beberapa orang berdiri di trotoar di depan pintu masuk Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Rasa haus mulai menyerang sekumpulan orang itu. “Ini Bu, minum saja air yang kami bawa,†kata salah seorang pemuda kepada seorang ibu yang mengenakan jilbab merah. Pemuda itu adalah orang muda Katolik dari salah satu paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Ia dan ibu itu adalah dua dari ribuan peserta Parade Bhinneka Tunggal Ika yang digelar di seputaran Monas Jakarta, Sabtu, 19/11. Peserta parade berasal dari beragam latar belakang agama dan budaya.
Robertus Loymans, umat Paroki Ibu Teresa, Cikarang datang bersama sekitar 200 orang dari parokinya. “Kami datang secara spontan dan sukarela. Kami ingin republik ini jangan terpecah-belah,†kata Robert.
Di tengah aksi ini juga digelar doa bersama untuk kerukunan dan kedamaian bangsa. Doa dipimpin oleh perwakilan dari sejumlah agama. Dari Katolik diwakili Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace Romo Johannes Haryanto SJ. “Kita harus berani bersuara. Jangan sampai punya mentalitas keong, setiap kali kena senggol masuk ke cangkang. Sebagai orang Katolik, kita bagian dari bangsa ini, punya hak dan kewajiban yang sama,†ujar Romo Haryanto.
Sekarang ini, imbuhnya, ada kelompok yang bermain secara monopolistik, yakni memonopoli wacana dan kebenaran. Jika hanya diam, kita berdosa. Masalah yang terjadi selama ini, karena kita tidak peduli dan tak mampu berdialog dengan banyak orang.
Melihat dan merasakan kenyataan itu, Romo Haryanto mengajak umat memanfaatkan setiap kesempatan untuk membentuk kebersamaan, tidak takut berinisiatif namun juga siap menerima tawaran dan ajakan, serta tak hanya mau enak sendiri. “Ingat pesan Mgr Soegijapranata, ‘seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia’. Pada kesempatan ini kita dituntut untuk membuktikan,†tandasnya.
Sementara Romo Frumensius Gions OFM yang mengikuti parade kebhinnekaan bersama para frater Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta menambahkan, kita semua harus menyelamatkan pilar-pilar hidup bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Sebagai orang Katolik, kita harus ikut merawat kebhinnekaan. Hal itu bukan ancaman namun merupakan anugerah yang harus kita jaga,†ujar Pembantu Ketua STF Driyarkara Jakarta Bidang Kemahasiswaan ini.
Antonius E Sugiyanto