web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Percuma Punya Pastor Cina

4.2/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com - Ada umat nyeletuk, ”Percuma punya pastor orang Cina, tapi tidak bisa menjelaskan adat istiadat Cina!” Pastor asal suku Cina, entah imam Diosesan atau tarekat, memang tidak banyak. Dari yang tidak banyak itu, siapa yang mampu menjelaskan adat istiadat Cina dan hubungannya dengan iman kristiani? Ada Pastor Yandi Buntoro CDD yang sering diundang ke sana kemari. Ada Pastor William Chang OFMCap dan Pastor Hendra Suteja SJ yang agaknya juga bisa memberi penjelasan.

Saya sendiri tidak bisa berbahasa Cina, tidak juga bisa menjelaskan berbagai aspek adat istiadat Cina, apalagi dihubungkan dengan iman kristiani. Saya dibesarkan dalam keluarga Cina yang sudah tidak menggunakan bahasa dan adat istiadat Cina. Paling-paling, pada Tahun Baru Imlek bertemu saudara-saudara dan berdoa di depan altar kakek-nenek yang sudah meninggal. Kalau ada upacara kematian, mungkin masih terlihat Cina-nya karena masih ada saudara yang berdoa memakai hio. Sementara itu, sebagian besar saudara sudah beralih dari agama Konghucu menjadi Katolik atau Kristen lainnya.

Apa gunanya punya pastor yang Cina? Apakah untuk menjelaskan adat istiadat Cina dan hubungannya dengan iman kristiani? Apakah untuk calon ekonom atau mengurus segala hal yang berhubungan dengan uang? Memang, sudah ada tiga uskup yang berasal dari suku Cina, yakni Uskup Manado Mgr Yos Suwatan, Uskup Surabaya Mgr V. Sutikno Wisaksono, dan Uskup Denpasar Mgr Silvester San. Di tempat lain, belum tentu imam suku Cina bisa menjadi uskup. Ya kasihan yang bersangkutan, ya kasihan keuskupannya. Apalagi, kalau Gereja masih sering dianggap asing oleh masyarakat.

Sekali lagi, apa gunanya pastor yang suku Cina? Apakah ada keunikan dan kelebihan dari ke-Cinaannya yang bisa disumbangkan untuk kepentingan Gereja dan masyarakat?

[nextpage title=”Percuma Punya Pastor Cina”]

St. Ferry Sutrisna Wijaya Pr[Dok. HIDUP]
St. Ferry Sutrisna Wijaya Pr
[Dok. HIDUP]
Saya kira, setiap suku mempunyai keunikan dan kelebihannya masing-masing. Kalau saya ditanya apa keunikan dan kelebihan pastor yang orang Cina, agaknya saya tidak bisa menjawab secara pasti. Apakah kalau seorang pastor lebih peka mengurus soal uang, itu dikarenakan dia itu keturunan Cina? Orang Cina tidak semua kaya. Orang Cina tidak semua pandai mengurus uang. Orang Cina tidak semua pandai mencari uang. Orang Batak dan orang Padang juga mungkin pandai mencari uang.

Pernah ada suami dari suku Jawa punya istri orang Cina. Sang suami berujar, ”Pastor, pengeluaran saya itu disesuaikan dengan gaji. Kalau dari gaji tidak bisa beli rumah, ya ngontrak saja. Kalau dari gaji tidak bisa beli kendaraan bermotor, ya naik angkot saja. Eh… istri saya berbeda. Dia mencari uang untuk memenuhi apa yang diinginkannya. Kalau mau punya rumah dan mobil sendiri, ya cari pekerjaan yang gajinya atau hasilnya bisa untuk membeli rumah atau mobil. Kalau belum berhasil, bisa mencari pekerjaan lain atau mulai berdagang sendiri.”

Apakah ada gunanya punya pastor orang Cina? Paling tidak, umat yang Cina merasa ikut senang dan bangga ada orang Cina menjadi pastor. Mudah-mudahan ada anak-anak Cina yang tertarik menjadi pastor karena melihat sudah ada contoh pastor orang Cina. Mudah-mudahan pastor yang orang Cina bisa menyumbangkan semangat dan dedikasinya untuk kepentingan seluruh keuskupan atau tarekat. Mudah-mudahan, nanti orang-orang Cina yang belum mau menjadi anggota Gereja Katolik bisa ”ditarik” menjadi orang Katolik. Mudah-mudahan Gereja lebih bersemangat dan berwarna-warni dengan kehadiran pastor yang orang Cina, seperti juga kehadiran suku-suku lainnya.

St. Ferry Sutrisna Wijaya Pr

2 KOMENTAR

  1. Lha emangnya pastor jawa, flores, batak, dll semuanya pada tahu ttg adatnya masing masing. ?

    100% hanyalah satu, dua pastor aja yg mengenal baik adat Istiadat dimana dia berasal….

  2. Koq rasanya tulisan ini tidak simpatik amat ya. Lebih mengherankan dewanm redaksi meluluskan tulisan ini.
    Satu hal lagi, sebutan Cina untuk warga tionghwa di Indonesia sudah dilarang, Kenapa sebagai majalah Rohani, Katolik lagi, anda mengizinkan penggunaan istilah itu ?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles