HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa XXXIII; Why 3:1-6,14- 22; Mzm 15; Luk 19:1-10
DALAM komentar mengenai kisah Zakheus, St Augustinus (354-430) mengatakan, kepala pemungut cukai yang kaya itu memisahkan diri dari massa agar bisa melihat Yesus tanpa terhalang. Ia memanjat pohon ara (ficus sycomorus), pohon yang tak disukai dan sering disumpahi orang (lih. Mrk 11:14). Hanya orang bodoh yang mau memelihara pohon jelek itu, kata Augustinus.
Namun yang bodoh dan jelek itulah yang dipakai Tuhan. Mengutip 1 Kor 1:23, Augustinus mengibaratkan pohon ara itu seperti salib Kristus, untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan. Namun pohon ara yang dipanjat Zakheus itu ibarat Kristus (yang) adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia, dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia (ay 24-25).
Memang orang banyak melihat tindakan Zakheus itu sebagai kebodohan. Yang bijak adalah berada dekat Dia. Namun kebijakan dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis, “Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya,†kata Augustinus mengutip 1 Kor 3:19. “Maka panjatlah ‘pohon ara’ untuk melihat Yesus dan memeluk salib-Nya,†tambahnya. Kisah Zakheus ini kisah panggilan. Dari situasi tersisih, dibenci, dan dianggap bodoh, Tuhan dengan kerahiman-Nya tetap bisa memanggil seseorang untuk mewujudkan karya istimewa.
Henricus Witdarmono