HIDUPKATOLIK.COM – PROGRAM kaderisasi Orang Muda Katolik (OMK) menjadi program penting Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Kaderisasi ini menjadi penting untuk proses regenerasi kepemimpinan di KAJ. Namun terkadang terkendala soal partisipasi OMK karena salah satu faktor adalah mereka takut menjadi pertama di antara mayoritas. Atas dasar ini Komisi Hubungan antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) KAJ mengadakan pelatihan yang bertajuk, “Kaderisasi Dasar Orang Muda Penggerak HAAK†di Resort Kinasih, Cimanggis, Depok, Jumat-Minggu, 4-6/11.
Tujuan utama dari kegiatan yang dihadiri 25 OMK dari berbagai paroki ini adalah untuk mencari kader yang seperti diamanatkan dalam Injil yaitu mampu menjadi “Garam dan Terang dunia†(Mat. 5:13-14). Meurut koordinator kegiatan Restu Hapsari, menjadi garam dan terang dunia menandahkan kualitas kader yang berani untuk berbagi dan berkorban demi dunia. “Tetapi lebih dari itu, kata Restu, seorang kader OMK harus menjadi seperti Kristus yaitu menjadi pemimpin yang melayani,†ungkapnya.
Kendati demikian, Restu tidak menampik bahwa realitas menunjukkan bahwa dunia sudah bosan dengan para pemimpin yang betindah untuk kepentingan dirinya sendiri. Seperti kata Yesus kepada para murid, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu†(Matius 13:14-15). “Karena itu tujuan dari kaderisasi ini agar mereka bisa menjadi seperti Kristus melayani sebelum dilayani,†jelas Restu.
Hal senada diungkapkan Yohanes Kevin, seorang peserta yang juga sementara melanjutkan kulia di Institut Kesenian Jakarta. Ia merasakan begitu banyak pengalaman bersama para peserta lain. Awalnya Kevin tidak mengetahui kegiatan yang dimaksud seperti apa dan bentuknya seperti apa. Ia mengikutinya karena ia merasa semua OMK dari seluruh paroki akan kumpul sehingga ada begitu banyak pengalaman yang dirasakannya. “Saya sempat kecewa ternyata pesertanya Cuma 25 orang. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat saya. Sedikit orang, tetapi bisa menjadi garam dan terang dunia.
Selama tiga hari banyak pengalaman dan kegiatan yang dibuat. Maka kegiatan- kegiatan ini akan diisi dengan sharing pengalaman, diskusi, menulis refleksi atau renungan singkat, ada doa, membuat laporan, diskusi kelompok dan games-games. Selain itu para OMK diajak untuk mengenal dasar-dasar teologis-biblis dalam hidup bermasyarakat serta memahami situasi politik di Indonesia saat ini dan cara menanggapinya. “Semua ini bertujuan agar OMK mampu memberi kesaksian iman melalui ibadah (liturgia) lewat persatuan (kainonia), pelayanansosial (diakonia) dan lewat bimbingan rohani (polmenik) di tengah masyarakat sekitar,†ujar Restu.
Yusti H. Wuarmanuk