web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia Sosialisasi Peduli Pengungsi

3.5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – JESUIT Refugee Service (JRS) Indonesia atau Pelayanan Jesuit bagi Pengungsi di Indonesia melaksanakan pelayanan Ekaristi di Paroki Hati Tersuci Maria (HTM) Katedral Manado, Minggu, 30/10, pukul 08.30. Dalam homilinya, Romo Thomas Aquinas Maswan Susinto SJ (Direktur JRS Indonesia) mengaitkan antara bacaan Injil tentang kisah belas kasih Tuhan terhadap Zakheus–seorang ‘anak Abraham’, dan kepedulian terhadap para pencari suaka (asylum seekers) dan pengungsi lintas batas negara (refugees) yang ada di Indonesia. Romo Maswan mengutip pesan Paus Fransiskus pada peringatan 35 tahun JRS yang menyatakan bahwa “pengungsi adalah saudara-saudari kita”, sama-sama anak-anak Bapa Abraham, seperti disebut oleh Yesus dalam Injil tentang Zakheus.

Umat yang memadati gedung dan halaman gereja menyimak dengan seksama homili Romo Maswan yang mengisahkan tentang kehidupan para pencari suaka dan pengungsi yang terkatung-katung di Manado dan Bogor, dan peran serta umat di Manado untuk mendampingi para pengungsi. JRS Indonesia juga membagikan newsletter “Refuge” kepada umat yang hadir (http://jrs.or.id/publications/refuge/).

Romo Thomas Aquinas Maswan Susinto SJ saat memimpin perayaan ekaristi. (Dok. Lexie Kalesaran)
Romo Thomas Aquinas Maswan Susinto SJ saat memimpin perayaan ekaristi. (Dok. Lexie Kalesaran)

Gereja Katolik, ungkap Romo Maswan, berpihak pada para pengungsi. Paus Fransiskus berulang kali mengunjungi para pengungsi, menyapa mereka, dan membesarkan hati mereka. Umat diingatkan kembali bahwa pada perayaan Kamis Putih, 24 Maret lalu, Paus Fransiskus membasuh kaki 12 pengungsi dan relawan dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Ketika itu, Paus mengatakan, “Kita semua, entah orang Muslim, Hindu, Katolik, Koptik, atau Evangelis–meski berbeda agama dan budaya–adalah sesama saudara dan saudari, anak-anak dari Allah yang sama. Kita semua ingin hidup bersama dalam damai.” Pada 16 April lalu, Paus Fransiskus mengunjungi kamp pengungsi di Lesbos, Yunani. Dari sana, Paus membawa serta tiga keluarga pengungsi Syria, untuk tinggal di Roma. Pada 11 Agustus lalu, Paus mengundang mereka untuk makan siang di rumahnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Besarnya perhatian Gereja bagi para pengungsi, lanjut Romo Maswan, mengingatkan kita kepada perhatian Keluarga Kudus Nazaret, Maria dan Yosef, yang membawa bayi Yesus mengungsi ke Mesir demi keselamatan Sang Bayi dari ancaman pembunuhan Herodes. JRS Indonesia sampai saat ini menemani, melayani, dan membela hak para pencari suaka dan pengungsi di Indonesia yang sebagian besar berasal dari suku Hazara di Afghanistan. Hazara adalah salah satu etnis yang paling teraniaya di dunia saat ini karena menjadi sasaran penganiayaan kelompok Taliban.

“Bila ada kesempatan, kunjungilah para pengungsi yang ditahan di Rumah Detensi Imigrasi di Malendeng, Manado; bisa bersama kami atau para frater Seminari Tinggi Hati Kudus dan Biara Skolastikat MSC Hati Kudus di Pineleng,” himbau Romo Maswan. Tim JRS Manado terdiri dari Zainuddin (Koordinator), Chrispina Maria Gracia, dan Pius Marmanta.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus
Umat Paroki Hati Teruci Maria Katedral Manado saat mengikuti perayaan ekaristi sekaligus momen sosialisasi. (Dok. Lexie Kalesaran)
Umat Paroki Hati Teruci Maria Katedral Manado saat mengikuti perayaan ekaristi sekaligus momen sosialisasi. (Dok. Lexie Kalesaran)

Saat ini, terdapat sekitar 13.700 pencari suaka dan pengungsi yang sedang mencari perlindungan internasional di Indonesia. JRS hadir untuk mendampingi 159 pencari suaka dan pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi Manado, 110 di Rumah Detensi Imigrasi Pasuruan, 27 pengungsi di Asrama Haji Yogyakarta, dan sekitar 100 pengungsi yang bertahan hidup di tengah-tengah penduduk Cisarua.

Pencari suaka dan pengungsi yang ditampung di Rumah Detensi Imigrasi Manado berasal dari negara-negara yang sedang bergolak karena konflik, seperti Afghanistan, Pakistan, Somalia, Ethiopia, Eritrea, Bangladesh, Myanmar, Irak, dan Iran. JRS mendampingi mereka dengan mengunjungi dan mendengarkan curhat mereka, serta mengadakan aneka kegiatan psikososial seperti kursus Bahasa Indonesia, kelas musik, turnamen olahraga, bakti pengungsi bagi masyarakat, serta perayaan hari besar keagamaan. Berbagai pelayanan ini juga mendapat dukungan dari para relawan, yaitu para frater Seminari Tinggi Hati Kudus dan Tarekat Misionaris Hati Kudus (MSC) Pineleng, Universitas Katolik (Unika) De La Salle Manado, serta para sahabat JRS di Manado.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sebelumnya, Senin pagi, 24/10, tim JRS Manado mengadakan audiensi dengan Uskup Manado Mgr Joseph Theodorus Suwatan MSC dan mengunjungi Campus Ministry Unika De La Salle Manado yang dipimpin oleh Pastor Andreas Rumayar. Kedua anjangsana ini dalam rangka memohon dukungan Keuskupan Manado dalam karya pendampingan bagi para pencari suaka dan pengungsi. “Bapak Uskup merespon positif dan berkenan mendukung. Demikian pula, Unika De La Salle Manado,” ujar Zainuddin sambil tersenyum.

Lexie Kalesaran

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles