HIDUPKATOLIK.com - Kejahatan terhadap kemanusiaan melanda Timur Tengah. Takhta Suci melalui dua “dutaâ€-nya di PBB, Mgr Bernardito Cleopas Auza dan Mgr Ivan Jurkovic, menawarkan solusi perdamaian.
TIMUR Tengah kembali memanas. Perang di Irak dan Suriah tak kunjung usai. Konflik laten Israel-Palestina pun menjadi tajuk Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Rabu, 19/10. Mgr Bernardito Cleopas Auza, Peninjau Tetap Takhta Suci untuk PBB menegaskan dukungan dan posisi Takhta Suci dalam konflik Israel-Palestina. “Jika Israel dan Palestina tidak setuju didamaikan, hidup berdampingan, dan berdaulat dalam batas-batas yang disepakati bersama dan diakui secara internasional; perdamaian akan tetap menjadi mimpi yang jauh, dan keamanan hanyalah ilusi,†tegasnya.
Seperti dilansir Catholic News Agency, (21/10), Mgr Auza juga menyuarakan keprihatinan tentang kekerasan yang tengah berlangsung di Suriah dan Irak. “Timur Tengah, tempat lahir peradaban dan tempat kelahiran agama Yahudi, Kristen, dan Islam, telah menjadi teater kebrutalan yang luar biasa.â€
Mantan Nunsius Apostolik Vatikan untuk Haiti ini, juga menyoroti kekejian pihak-pihak yang bertikai sehingga banyak warga sipil yang tak bersalah menjadi korban. Sekolah, rumah sakit, jurnalis, dan pekerja kemanusiaan menjadi target serangan. “Mayat-mayat aktivis kemanusiaan, anak-anak, dan jurnalis di bawah reruntuhan menunjukkan tindakan keji dan menginjak-injak hukum kemanusiaan internasional,†tegasnya.
Sementara Mgr Ivan Jurkovic, Perwakilan Tetap Takhta Suci untuk PBB di Jenewa, Swiss, menyerukan agar segera ada gencatan senjata dalam perang Suriah. Mgr Jurkovic mengutuk keras tragedi kemanusiaan di Suriah. Masyarakat di Suriah, kata Mgr Jurkovic, mengalami situasi kemanusiaan mengerikan. Tidak ada makanan, obat-obatan, karena tak ada koridor yang aman untuk menempatkan bantuan kemanusiaan. “Harus ada perlindungan bagi bantuan kemanusiaan, negosiasi, dan resolusi untuk perdamaian,â€Â seru Mgr Jurkovic.
Bebas Nuklir
Mgr Auza juga mengecam soal kepemilikan senjata nuklir beberapa negara yang jelas melanggar perjanjian non proliferasi (pengembangan) senjata nuklir -dikenal Non Proliferation Treaty (NPT). Ada sebuah paham dalam hubungan internasional; senjata nuklir akan menjamin keamanan internasional karena mencegah negara beperang
satu sama lain. Jika suatu negara memiliki senjata nuklir, maka negara akan aman karena tidak mungkin diserang negara lain. Asumsinya, dua negara dengan kekuatan seimbang, tidak akan berperang. “Perdamaian tak bisa dibangun atas keyakinan bahwa ada kecenderungan antarnegara untuk saling menghancurkan sehingga perlunya perimbangan kekuatan persenjataan,†tukas Mgr Auza.
Sebaliknya, lanjut Mgr Auza, perdamaian harus didasarkan keadilan, pembangunan sosial-ekonomi, kebebasan,
hak asasi manusia, dan membangun kepercayaan antara masyarakat. “Paus menyerukan agar negara-negara pemilik senjata nuklir untuk mematuhi perjanjian NPT tentang larangan memiliki dan menggunakan nuklir untuk persenjataan,â€Â jelas Mgr Auza merujuk pada pernyataan Paus di PBB September silam.
Edward Wirawan