HIDUPKATOLIK.com – HARI ketiga Asian Liturgy Forum (ALF), peserta berkesempatan mengunjungi empat tempat ibadat lain yang berada di kompleks Puja Mandala, Nusa Dua, Bali. Ketua Paguyuban Kerukunan Beragama Puja Mandala, I Wayan Solo, setia menemani para peserta ALF saat mengunjungi tempat ibadat satu-persatu.
Wayan mengungkapkan, “Indonesia sebagai negara yang Berbhineka Tunggal Ika memberi kebebasan setiap rakyatnya untuk beribadat sesuai dengan agama dan keercayaannya.†Di kompleks keagamaan Puja Mandala terdapat lima tempat ibadat untuk umat Hindu, Kristen, Budha, Katolik dan Muslim. Kompleks yang berdiri sejak tahun 1994 ini menjadi gambaran kerukunan beragama di Indonesia.
Tujuan pertama kunjungan para peserta mengunjungi Pura Jagad Matea. Mgr Florencio Pascual Salvador merasa senang bisa masuk ke sebuah pura. Peserta dari Filipina ini baru pertama kali ke Bali dan pertama kali juga masuk ke sebuah pura. “Pura ini sangat indah, dan tidak ada di Filipina,†ujar Mgr Salvador.
Sementara itu Romo Dominic Jo Du memiliki kesan yang kurang lebih sama. Peserta dari Myanmar ini baru pertama kali mengunjungi Bali dan masuk dalam sebuah pura khas Bali. “Saya senang bisa masuk ke dalam pura, bangunan ini sangat indah menurut saya.â€
Destinasi kedua adalah Gereja Kristen Bukit Doa. Sebagai tempat ibadat Kristen bangunan ini dibangun dengan corak Bali yang sangat kental. Tempat ketiga yang menjadi destinasi adalah Vihara Budi Guna. Di tempat ibadat agama Budha ini para peserta ALF dimanjakan oleh aneka relief yang didominasi warna emas khas Budha. Banyak dari mereka yang baru pertama kali masuk dalam tempat Ibadat agama Budha.
Di destinasi terakhir para peserta ALF disambut Haji Soleh ketika mengunjungi Masjid Ibnu Batuta. Nuansa kerukunan sangat terasa ketika semua tokoh agama bertemu. “Saya orang Solo sebenarnya pak, kita sama-sama dari Jawa,†seloroh Wayan dalam kebersamaan dengan Haji Soleh dan Romo John Rusae.
Asian Liturgy Forum (ALF) tahun ini digelar di Gereja Maria Bunda Segala Bangsa, Nusa Dua, Bali 10-14/10. ALF tahun ini merupakan edisi ke 20 pertemuan para penggiat liturgi di Asia. Indonesia mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah perhelatan tahunan ini. Sebanyak 34 peserta datang dari luar Indonesia, selama lima hari peserta dari berbagai negara ini bergabung dengan sekitar lima puluh peserta dari Indonesia. Para peserta merupakan imam, suster, dan awam yang merupakan penggiat liturgi di keuskupan dan komunitas masing-masing di Asia.
Antonius E Sugiyanto (Bali)