HIDUPKATOLIK.com – SATU setengah jam menjelang Misa penutupan Indonesian Youth Day (IYD) 2016 di Keuskupan Manado, Kamis, 6/10, Menpora Imam Nahrawi berkesempatan berkunjung ke Lotta, khususnya Amphyteater, lokasi puncak acara penutupan.
Tidak saja hanya melihat-lihat aktivitas para Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia yang mengikuti pertemuan IYD, ia juga memberikan motivasi pada hari terakhir. Didampingi Uskup Manado Mgr Josef Suwatan MSC dan Kadispora Sulawesi Utara Mecky Onibala, Imam Nahrawi mengungkapkan pengalamannya sebagai aktivis sebelum menjadi Menpora.
Dahulu, ungkap Imam, ia seringkali memprotes kebijakan pemerintah, sekarang dirinya sendirilah yang harus siap dikritik dan dihujat. Menpora tidak memasalahkan itu.
Dalam kesempatan ini, Menpora juga mengemukakan bahwa para OMK patut bersyukur karena berada di negara Indonesia yang sangat menghormati kemajemukan. Walau kita berbeda suku, agama dan lain-lain namun kita tetap satu dalam “Bhinneka Tunggal Ikaâ€.
“Di negara lain, sangat susah mencari cenderamata atau keunggulan, termasuk tradisi dan lain-lain. Di negara kita, Tuhan memberi anugerah dan kita mudah mendapatkannya. Di sini kita tidak ditanya apa agama kita, apa sukumu melainkan kita disambut sebagai saudara,†sebut Imam seraya menambahkan, keistimewaan itu patut disyukuri.
Rasa kebersamaan kita, ungkap Imam, sungguh-sungguh ada. “Keharmonisan ada di negara ini. Kebersamaan dan keharmonisan itu harus kita jaga. Kalau ada yang coba-coba menganggunya harus kita lawan,†tegasnya.
Menpora menyebut, tantangan kita termasuk OMK dewasa ini cukup berat termasuk berkaitan dengan kemajuan teknologi dan informai. Dunia semakin dekat karena ada sarana yang mendekatkan. Sekarang, bagaimana kita memanfaatkan kemajuan itu secara positif.
Saat sesi tanya jawab, setidaknya ada tiga OMK yang mengajukan pertanyaan dan harapan kepada Menpora termasuk harapan adanya gedung Catholic Youth Center.
Lexie Kalesaran