HIDUPKATOLIK.com – KONTINGEN Keuskupan Agast menempuh perjalanan paling lama menuju Indonesian Youth Day Manado 2016. Kristianus Rahajaan, ketua OMK Keuskupan Agats, mereka berangkat dari Agats, Papua, pada 24/9 menggunakan kapal Tatamalau. Dari pelabuhan Agats mereka berangkat menuju Timika. Dari Timika, kapal menuju Tual. Di sana kontingen dari Keuskupan Amboina bergabung dengan kontingen Agats. “Rute selanjutnya adalah pelabuhan Kaimana menuju Fak-Fak, di mana kontingen dari Keuskupan Agung Merauke bergabung,†ungkap Kris, sapaannya. Kapal, kata Kris, kemudian melewati Sorong, Bacan hingga tiba di Bitung.
Di dalam kapal, kontingen Agats harus berdesak-desakan. “Dalam satu kamar ada enam sampai tujuh orang, jadi kami harus tidur berhimpitan,†terang Kris.
Meski berdesakan, lanjut Kris, kontingen Agats tetap menjaga semangat. Setiap hari mereka mengikuti Misa. Kegembiraan mereka bertambah kala kontingen Keuskupan Amboina dan Keuskupan Agung Merauke bergabung. “Jadinya seru, ini tiga kontingen bergabung dalam satu kapal.â€
Di dalam kapal, ketiga kontingen ini mengadakan Misa bersama. Misa diadakan di dek III. Matras kapal dijadikan sebagai altar, lalu dibungkus dengan kain adat Papua. “Mulanya ada ruangan aula yang bisa dipakai untuk Misa. Tetapi karena tidak muat, kami pindah ke dek tiga dan sangat panas. Maka kami pun Misa dengan kipas,†kata Kris sembari tertawa.
[nextpage title=”Kontingan Agats Memulai IYD di Laut”]
Kontingen dari Keuskupan Agung Merauke.
HIDUP/Edward Wirawan
Tiba di Bitung, kontingen Agats dijemput oleh panitia lokal dari Paroki St Ignatius Manado, tempat di mana mereka live in. “Lima hari di kapal, jadi tidak terasa karena akhirnya bisa bertemu teman-teman OMK dari Ignatius,†ujar Robert Sakimin, pendamping awam OMK Keuskupan Agats.
Di Manado, OMK Agats menarikan Tarian Misionaris yang berkisah tentang awal mula kedatangan para misionaris di bumi Agats. Tarian ini memiliki dua gerakan; Jiwindy, berupa goyang pinggul untuk perempuan dan Andy; goyang lutut untuk laki-laki.
Sebagai pendamping, Robert berharap OMK Agats bisa menimba banyak hal di Manado. Di Manado, kata Robert, ada berapa hal yang tidak ada di Agats. Misal Kaum Bapa Katolik (KBK) di setiap paroki di Manado ada, sedang di Agats tidak ada. “Banyak hal yang bisa kami bangun di Agats seusai IYD nanti.â€
Senada dengan Robert, Kris mengatakan, OMK Agats belajar banyak dari IYD. “Paroki kami live in ini termasuk lingkungan kota. Kesibukan OMK di kota, beda dengan di desa. Namun meski sibuk, mereka semua aktif di Gereja,†ujarnya.
Edward Wirawan