HIDUPKATOLIK.com – NAMANYA sudah tak asing lagi bagi para pengamat Vatikan. Dialah Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson. Kelahiran Wassaw Nsuta, Ghana bagian Barat, 11 Oktober 1948 ini tergolong sebagai Kardinal asal Afrika yang populer. Pada 17 Agustus 2016, ia ditunjuk Paus Fransiskus untuk memimpin sebuah dikasteri baru dalam Kuria Roma, Dikasteri untuk Peningkatan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Organ baru ini mulai bekerja pada 1 Januari 2017.
Kardinal Turkson adalah putra keempat dari 10 bersaudara dari pasangan seorang ibu beraliran Methodis dengan ayah yang menjadi penganut Katolik saleh. Ia memiliki seorang paman dari garis sang ayah, yang beragama Islam. Ibunya menjadi pedagang sayur di pasar tradisional; sementara ayahnya mencari nafkah sebagai tukang kayu. Meski tumbuh dalam kultur yang berwarna-warni, benih panggilan religius sudah terlihat sejak masih belia.
Formasi sebagai calon imam diawali dengan masuk Seminari Santa Teresa di Amisano dan Pedu. Setelah itu, Turkson muda melanjutkan pendidikan sebagai calon imam di Seminari Tinggi Santo Antonius di Hudson, Rensselaer, New York, Amerika Serikat. Ia hijrah ke Amerika dan berhasil menggondol gelar Master Teologi. Selama di Negeri Paman Sam, waktu liburan musim panas tak pernah ia sia-siakan. Ia rajin mengambil kursus di Universitas Albany.
Usai tamat teologi, Frater Turkson kembali ke kampung halaman. Ia ditahbiskan sebagai imam Keuskupan Agung Cape Coast, Ghana oleh Uskup Agung Cape Coast kala itu, Mgr John Kodwo Amissah (1922-1991) pada 20 Juli 1975. Perutusan perdana ia terima sebagai formator di almamaternya, Seminari Menengah Santa Teresa (1975-1976).
[nextpage title=”Profil Prefek Dikasteri Baru (1)”]
Seolah hanya transit dalam perutusan perdananya, Pater Turkson lalu diutus untuk belajar Kitab Suci di Institut Kepausan Biblicum di Roma. Ia berhasil meraih Lisensiat Kitab Suci tahun 1980. Lagi-lagi, ia diminta pulang kampung dan kembali menjadi formator di Seminari Santa Teresa (1980-1981). Tahun 1981, Pater Turkson dipercaya menjadi Wakil Rektor Seminari Santo Petrus. Selama bekerja di seminari, ia juga membantu pelayanan paroki di sekitar seminari. Pengalaman berpastoral ini juga membentuk karakternya menjadi pribadi yang populis di tengah kawanan domba gembalaannya.
Enam tahun kemudian, pada 1987, Pater Turkson ditugaskan untuk belajar lagi di Institut Kepausan Biblicum di Roma. Kala sedang menyusun disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Kitab Suci, proses studinya mandeg. Pada 6 Oktober 1992, Bapa Suci Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Uskup Agung Cape Coast, menggantikan Mgr Amissah yang wafat pada 22 September 1991.
Mgr Turkson menerima tahbisan episkopal pada 27 Maret 1993. Uskup pentahbis utamanya adalah Mgr Dominic Kodwo Andoh (1929-2013) yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Accra, Ghana. Mgr Andoh didampingi oleh dua uskup pentahbis pendamping, yakni Mgr Peter Poreku Dery (1918-2008), Uskup Agung Tamale, Ghana, dan Mgr Peter Kwasi Sarpong, Uskup Agung Kumasi, Ghana. Moto tahbisan episkopal Mgr Turkson diambil dari Flp 1:21, “Vivere Christus est†(Hidup adalah Kristus).
Kiprahnya sebagai Uskup Agung Cape Coast terlihat begitu energik. Usianya yang relatif muda membuatnya gesit dalam berbagai hal. Tak heran jika selang empat tahun menduduki takhta Keuskupan Agung Cape Coast, Mgr Turkson didaulat oleh para kolega uskupnya untuk memimpin Konferensi Para Uskup Ghana. Ia melayani sebagai Presiden Konferensi Para Uskup Ghana selama delapan tahun (1997-2005). Selain itu, ia juga sempat menjadi pembina di Universitas Katolik Ghana.
R.B.E. Agung Nugroho