HIDUPKATOLIK.com – KERAGAMAN di Indonesia sudah hidup sejak ratusan tahun lalu. Meskipun terdiri dari beragam budaya dan agama semua disatukan dalam satu Nusantara. Sejak awal kebhinnekaan sudah menjadi kenyataan secara alamiah. Demikian diungkapkan Romo Antonius Benny Susetyo dalam sarasehan bertema “Indonesia Rumah Kita Bersama†di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Samanhudi, Jakarta Pusat, Minggu, 21/08.
Mengutip pendapat Sukarno, Romo Benny menegaskan, “Agama-agama di Indonesia harus membangun sikap inkulturasi dengan budaya di Indonesia.†Agama harus menyesuaikan diri dengan nilai-nilai budaya yang hidup di nusantara. Kekerasan atas nama agama terjadi karena pemahaman agama yang sempit. Agama dipakai sebagai pembenaran tindakan kekerasan.
Perwujudan keadilan juga menjadi perhatian. Persoalan keadilan harus terus digali dalam konteks Pancasila karena dari waktu ke waktu keadilan masih terus diupayakan perwujudannya. Keadilan bagi bangsa kita adalah tujuan dalam berbangsa dan bernegara. Demikian disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta, KH Ahmad Syafi’i Mufid.
Sementara Ketua Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Henriette Hutabarat Lebang mengungkapkan Indonesia sebagai rumah bersama berarti setiap orang bisa tinggal bersama, rukun satu sama lain. Tolok ukur lain adalah saling mengasihi. “Indonesia adalah satu keluarga yang hidup dari rahmat Allah. Kehidupan berbangsa kita bergantung kepada Allah,†ujar Henriette.
Sarasehan ini juga menghadirkan Maria Ulfah Anshor dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dalam pemaparannya Maria mengungkapkan, isu ketidakadilan gender selalu berulang. Kekerasan ini cenderung lebih banyak dialami perempuan, anak dan kelompok rentan. Maria menambahkan, “Diskriminasi juga termasuk dalam pendidikan agama. Setiap sekolah harus menyediakan pendidikan untuk setiap anak sesuai dengan agamanya. Namun di banyak sekolah hal ini tidak terjadi.†Diskriminasi terhadap perempuan juga dialami dalam hak berpolitik. Hal ini terbukti ketika hanya sebagian kecil dari anggota DPR RI yang perempuan.
Sarasehan ini diadakan dalam rangka peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Melalui forum semacam ini diharapkan kesadaran dalam usaha menciptakan keadilan dan kerukunan akan semakin berkembang dalam diri setiap masyarakat.
Antonius E. Sugiyanto