HIDUPKATOLIK.com – USKUP Militer Indonesia, Mgr Ignatius Suharyo menggelar acara “Wawan Hati†dengan para perwira TNI dari tiga matra dan Polri. Acara yang mengangkat tema “TNI dan POLRI Kerja Nyata Demi Bangsa dan Negara†ini, diselenggarakan di aula Katedral Jakarta, usai Misa syukur ulang tahun ke-71 RI di Gereja Katedral Jakarta, Kamis, 18/8.
Mgr Suharyo menilai penting perjumpaan seperti ini agar saling meneguhkan dan menguatkan. Ia juga mengajak para perwira untuk senantiasa menyalurkan keteladanan dan rasa bangga sebagai Katolik. “Gunakan cara-cara terbaik sesuai inspirasi iman Katolik dalam berkarya dan mengabdi bagi bangsa,†ujarnya.
Beberapa perwira berkisah soal geliat mereka di kesatuan masing-masing. Mereka juga bercerita soal kesulitan dalam proses jenjang kenaikan pangkat dan pelbagai hal lainnya. Secara umum, mereka berharap Mgr Suharyo mengadakan audiensi dengan panglima TNI. Seperti diketahui hingga saat ini Keuskupan Militer belum diakui pemerintah dan institusi TNI/Polri. Alhasil, ketiga matra TNI dan Polri hanya diampu oleh Romo Rofinus Neto Wuli dalam reksa pastoral kemiliteran.
Padahal, ketika 1949 pemerintah Indonesia membentuk Pusat Pembinaan Mental Angkatan Bersenjata, beberapa Romo ditunjuk untuk reksa pastoral kemiliteran. Para imam ini bahkan diberi pangkat tituler. Misal, Romo Stanislaus Sutopranito, mengabdi di Angkatan Laut dengan pangkat Letnan Kolonel.
Marsda TNI Benedictus Widjanarko dari matra Angkatan Udara mengatakan, prajurit Katolik sangat membutuhkan sosok imam, karena ada beberapa hal yang tidak bisa ditangani langsung perwira rohani Katolik. “Sekarang Romo sudah tak ada, hanya di Mabes saja. Kiranya Bapak Uskup bisa menemukan jalan keluar untuk kebutuhan kami terhadap imam,†ujarnya.
[nextpage title=”CURHAT PERWIRA KEPADA MGR SUHARYO”]
Segendang sepenarian dengan Widjanarko, Laksamana Pertama TNI Darbagus meminta Mgr Suharyo untuk memberikan mereka imam. “Domba-domba Bapak Uskup di TNI dan Polri itu bagus-bagus, Monsinyur. Saya menjamin, para perwira Katolik tidak akan menyeleweng dan mengambil jalan pintas untuk kepentingan diri sendiri,†katanya.
Mgr Suharyo berterima kasih kepada para perwira yang sudah berbagi pengalaman. Posisi Uskup Militer yang tidak diakui, kata Mgr Suharyo, berdampak langsung pada ketersediaan imam. “Meski tidak diakui harus tetap eksis, demi menjaga jati diri sebagai simbol Gereja Katolik sangat dekat hubungan dengan negeri ini,†ujarnya. Mgr Suhayo pun menegaskan, reksa rohani dari keluarga TNI dan Polri seperti pernikahan dilayani oleh paroki.
Sementara Kombes Pol Yosepha Sri Suari dari Lemhanas meminta petunjuk dan inspirasi iman dari Mgr Suharyo. Ia bercerita seringkali ia diundang sebagai narasumber untuk seminar atau diskusi bertema perempuan dan anak. “Saya acap kali dihadapkan pada posisi dilematis. Misal, ada pertanyaan, bagaimana sikap sebagai abdi negara dan umat Katolik ketika dihadapkan soal hukuman mati?â€
Soal hukuman mati, Mgr Suharyo menjelaskan posisi Gereja menolak hukuman mati. “Saya memahami dilematis itu. Semoga melalui perjumpaan ini, persaudaraan kita semakin erat,†ujar Mgr Suharyo.
Pastor Bantuan Militer (Pasbanmil) Keuskupan TNI/POLRI Romo Rofinus Neto Wuli mengatakan perjumpaan seperti ini menjadi momen di mana para prajurit Katolik bisa menerima berkat dan inspirasi iman dari gembalanya. “Ini momen wawan hati, agar mereka menceritakan pencapaian dan keluhan kepada Bapak Uskup,†demikan Romo Ronnie.
Edward Wirawan