HIDUPKATOLIK.com – PARA Gembala Gereja di Filipina tak bisa berbuat banyak terkait meningkatnya fenomena pembunuhan ekstra yudisial di negara berpenduduk mayoritas Katolik itu. Sejak Rodrigo Duterte terpilih menjadi Presiden Filipina, eksekusi tanpa jalur hukum bagi para pelaku kriminalitas melonjak–terutama bagi para pelaku yang terlibat narkoba.
Selama berkampanye sebagai calon presiden, Duterte berjanji untuk membasmi kriminalitas–terutama perdagangan narkoba–dan korupsi pada masa enam bulan pertama pemerintahannya. Bahkan waktu itu, ia sudah mengingatkan bahwa masa awal kepemimpinannya itu mungkin akan menjadi “berdarah-darahâ€. Sudah lebih dari 600 orang dibunuh sejak kepresidenan Duterte, Mei 2016, seperti dilansir ucanews.com. Sebanyak 211 orang dibunuh oleh orang tak dikenal, tanpa melalui proses hukum. Disinyalir, peningkatan pembunuhan para pelaku kriminalitas ini–entah secara langsung atau tidak langsung–terkait dengan sang presiden.
“Masih ada suara lirih pembelaan atas kemanusiaan di dalam diri kita, yang saya percaya sedang dikacaukan oleh banyak pembunuhan belakangan ini,†ungkap Uskup Agung Lingayen-Dagupan, Mgr Socrates Buenaventura Villegas. Mantan Uskup Auksilier Keuskupan Agung Manila ini terus tak henti menyerukan kepada pemerintah untuk menyudahi eksekusi dan pembunuhan yang semakin hari semakin meningkat. Ia senantiasa mengungkapkan dalam setiap kesempatan di teritori yurisdiksinya agar pemimpin dan seluruh rakyat Filipina menghormati kehidupan manusia.
Konferensi Para Uskup Filipina dan banyak lembaga non pemerintahan berusaha menyerukan kepada pemerintah untuk menghentikan tragedi berdarah di Filipina ini. Keprihatinan akan praktik hukuman mati dan pembunuhan ekstra yudisial itu juga menjadi keprihatinan Gereja Universal yang senantiasa diserukan oleh Paus Fransiskus.
R.B.E. Agung Nugroho