HIDUPKATOLIK.com – SAMBIL menyantap bakso, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo bercakap-cakap dengan Ayu Kartika Dewi, salah satu pendiri komunitas Sabang Merauke (SM) di Wisma Keuskupan Agung Jakarta, Rabu, 3/8. Beberapa anggota SM lainnya tampak ikut menyimak dan terlibat percakapan. Tak ada kursi dalam acara diversity dinner itu. Mereka makan sambil berdiri. Sekitar 30-an orang menyantap makanan dan berbincang akrab satu sama lain. Sabang Merauke merupakan gerakan yang memiliki perhatian pada dunia pendidikan, keberagaman, dan keindonesiaan.
Makan malam menjadi pembuka pertemuan SM dengan Mgr Suharyo. Setelah makan malam, mereka duduk bersama di wisma uskup. Ayu menceritakan kegiatan dan kiprah SM selama ini. Salah satunya adalah kegiatan pertukaran pelajar melalui program live in bagi pelajar Sekolah Menengah. Melalui kegiatan ini, seorang pelajar beragama Islam dari sebuah daerah akan menghabiskan masa liburannya di sebuah keluarga Non Islam di daerah lain. Begitu juga sebaliknya.
Lewat kegiatan ini, kata Ayu, para pelajar akan memahami pentingnya toleransi. Ayu mengatakan ada pelajar yang karena sejak kecil tinggal di daerah mayoritas Islam tak mengenal atau bergaul dengan remaja dari agama lain. Ayu menilai sikap intoleransi muncul karena tidak mengenal agama atau kebudayaan yang lain. “Bapa uskup sebagai salah satu tokoh yang senantiasa kami butuhkan dukungannya,†ujar Ayu.
Mgr Suharyo menyambut baik kedatangan SM. Mengutip sejarahwan Inggris, Arnold J. Toynbee, Mgr Suharyo menilai SM sebagai minoritas kreatif yang sangat dibutuhkan Indonesia. Menurutnya, minoritas kreatif adalah kumpulan orang yang memiliki idealisme mengenai masa depan. Di tengah pasang surut keadaan manusia, yang bisa menyelamatkan peradaban salah satunya adalah minoritas kreatif. Mgr Suharyo juga menyatakan kesediaannya untuk dilibatkan dalam kegiatan SM. Baginya, apa yang dilakukan SM mengandung nilai-nilai mulia dan utama. “Saya tidak pernah kapok untuk menerima tamu semacam ini,†ujar Mgr Suharyo, diikuti tawa hadirin.
Mgr Suharyo berharap perjumpaan tersebut menjadi perjumpaan yang saling meneguhkan satu sama lain yang dengan satu dan lain cara bergerak untuk cita-cita yang sama. “Selamat melanjutkan karya-karya mulia,†ujarnya.
Agnes Maria Trikadjaja, salah satu penasihat SM yang menjadi inisiator makan malam bersama ini mengaku kagum dengan penggerak SM yang memiliki visi dan cita-cita besar untuk bangsa ini. Kata Agnes, anggota SM datang dari berbagai latar belakang agama, suku, bahasa dan ras. Tetapi semua memiliki tujuan yang sama untuk Indonesia yang damai dan sejahtera. “Sabang-Merauke ini sebuah gerakan yang mulia dan penting. Maka pertemuan dengan Bapa Uskup kiranya akan semakin meneguhkan perjalanan kami,†pungkas Agnes.
Edward Wirawan