HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus secara konsisten menyerukan perdamaian. Pun dalam usahanya mempererat hubungan ekumenisme dengan Gereja Apostolik Armenia.
PAUS Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke 14. Kali ini Paus mengunjungi Armenia, pada Jumat-Minggu, 24-26/6. Armenia merupakan negara yang berbatasan dengan Turki di sebelah barat, Azerbaijan di Timur, Georgia di utara dan Iran di selatan. Relasi Armenia dengan Turki kurang harmonis terkait dengan tragedi genosida 1,5 juta umat Kristiani dalam sejarah Kekaisaran Ottoman (1299-1923). Bahkan belakangan ini, tensi dengan Azerbaijan pun meningkat.
Dua Primat Gereja
Sebelum melakukan lawatan ke Armenia, Bapa Suci mengungkapkan misi utamanya melawat Armenia. “Sebagai Hamba Injil dan Duta Damai, saya ingin datang di tengah Anda untuk mendukung segala upaya Anda menciptakan perdamaian. Saya ingin berbagi setiap langkah kita dalam perjalanan menuju rekonsiliasi–yang akan membuahkan pengharapan,†ungkap Bapa Suci, seperti dilansir Radio Vatikan 23/6.
Bapa Suci berangkat dari Roma menuju Yerevan, Jumat, 24/6. Tiba di Yerevan, ia disambut secara kenegaraan. Usai penyambutan, ia menuju Katedral Etchmiadzin untuk berdoa. Katedral inilah tempat Takhta Primat Gereja Armenia. Di tempat ini pula Paus tinggal selama kunjungan di negara pertama yang mengadopsi Kristen sebagai agama resmi negara.
Sore harinya, Paus bertemu dengan Presiden Armenia, Serzh Sargsyan di Istana Negara; dilanjutkan audiensi bersama para pejabat pemerintah dan korps diplomatik. Hari pertama di Armenia ditutup dengan bertemu Katolikos, Karekin II. Katolikos adalah pimpinan tertinggi Gereja Armenia di seluruh dunia. Inilah pertemuan dua Primat Gereja.
Giatkan Ekumenisme
Hari kedua, Paus berkunjung ke Monumen Tzitzernakaberd. Tempat ini dibangun pada 1967, mengenang genosida rakyat Armenia. Setelah itu, Bapa Suci terbang ke Gyumri untuk memimpin Misa di Vartanants Square. Ia mampir di Katedral Tujuh Luka Gereja Armenia dan Katedral Para Martir Kudus Gereja Katolik.
Petang hari, Bapa Suci kembali ke Yerevan dan mengadakan pertemuan ekumenis serta doa bersama dengan tokoh-tokoh agama lain di Republik Square. Pertemuan dan kunjungan di berbagai tempat menjadi simbol dukungan sang Duta Damai kepada rakyat Armenia. Pesan perdamaian begitu kuat dalam setiap sambutan, refleksi dan khotbahnya.
Serukan Damai
Hari terakhir, Sabtu, 26/6, Paus beraudiensi dengan para uskup Gereja Katolik Armenia di Istana Apostolik Etchmiadzin. Mereka membicarakan tentang usaha untuk menggiatkan gerakan ekumenisme demi menciptakan perdamaian bersama. Audiensi ini dilanjutkan dengan ibadah ekumenis; lalu makan siang bersama para uskup. Setelah itu, Paus berziarah ke Biara Khor Virap, residensi Katolikos Karenkin II. Akhirnya ia menuju Bandara Yerevan untuk perpisahan dan terbang ke Roma.
Lawatan Paus ke Armenia menjadi undangan bagi semua untuk mengupayakan damai. Ia mengikuti jejak Paus Yohanes Paulus II yang juga melawat Armenia tahun 2001 dalam kondisi tegang dengan Turki. Dua Paus ini tegas menyebut pembantaian orang Armenia pada masa Ottoman, tragedi genosida pertama abad XX (1915-1923). Menurut Lombardi, sebutan itu tidak untuk memperkeruh situasi, melainkan mengundang semua dengan terbuka menerima masa-masa gelap itu dan mengupayakan perdamaian, seperti dilansir Reuters 23/6.
R.B.E. Agung Nugroho