HIDUPKATOLIK.com – Yubileum 90 tahun Gereja Hati Kudus Banda Aceh, umat menimba semangat dari Beato Dionisius dan Redemptus. Dua martir ini dibunuh kala bermisi di Tanah Rencong.
PUNCAK perayaan yubileum ke-90 Gereja Hati Kudus Banda Aceh, Keuskupan Agung Medan ditandai dengan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung Medan Mgr Anicetus B. Sinaga OFMCap, 12/6. Di momen ini Mgr Anicetus juga mendedikasikan Kapel Adorasi Abadi Beato Dionisius dan Redemptus. Sakramen Mahakudus ditakhtakan dan kedua patung beato tersebut juga ditempatkan di dalam kapel ini.
Mgr Anicetus didampingi Romo Hermanus Sahar (Pastor Paroki Banda Aceh), Romo Harold Harianja OFMCap (Vikep St Yohanes Rasul Hayam Wuruk-Medan), Romo Hamjani Simbolon dan Romo Shan Efran Sinaga (Pastor Rekan Paroki Banda Aceh). Mgr Anicetus Sinaga mengharapkan, di momen yubileum ini, umat bisa menimba semangat dari Beato Dionisius dan Redemptus dalam menghidupi iman akan Kristus. Di kesempatan itu, Mgr Anicetus juga memberkati gua Maria yang berada di dekat Kapel Adorasi Abadi.
Bertahan dan Berkembang
Tahun 1924 menjadi awal mula dimulainya pembangunan Gereja Hati Kudus Banda Aceh. Setelah dua tahun menanti, gereja diresmikan pada 26 September 1926.
Umat Paroki Banda Aceh merayakan pesta nama pelindung gerejanya setiap Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus pada bulan Juni. “Tahun ini perayaan Hati Yesus yang Mahakudus dirayakan pada 3 Juni 2016 dan kebetulan Bapak Uskup (Uskup Agung Medan-Red) berhalangan, maka kami merayakannya pada 12 Juni 2016,†ungkap Romo Herman.
Sejak 378 tahun silam, Gereja Katolik sudah ada di Banda Aceh tatkala dua martir, Beato Dionisius dan Redemptus hadir di Banda Aceh. Mereka berlabuh di Ole-Ole (sekarang Kutaraja) pada 25 Oktober 1638. Kedatangan Dionisius dan Redemptus serta utusan Raja Portugis yang lain dianggap membawa misi kristenisasi. Mereka pun ditangkap dan diminta menyangkal iman mereka akan Kristus. Hingga akhirnya mereka dibunuh pada 29 November 1638. Paus Leo XIII membeatifikasi Beato Dionisius dan Redemptus pada 10 Juni 1900. Dua martir ini diperingati setiap 29 November.
Sebelum 1638, umat Katolik pun sudah ada di Banda Aceh, terutama orang-orang Belanda. Tahun 1874, paroki di Banda Aceh terbentuk. “Sejarah ini sangat penting supaya kita tahu bahwa keberadaan Gereja Katolik di Banda Aceh sudah begitu lama. Meski pun demikian masih ada umat yang takut menunjukkan identitasnya sebagai orang Katolik di tengah mayoritas Muslim. Kami tetap berusaha untuk memberi semangat dan peneguhan kepada umat yang ada di paroki ini,†ujar Romo Herman.
Romo Herman berharap agar Gereja Katolik di paroki ini tetap bertahan dan umat semakin berkembang. “Semoga umat juga semakin berani menunjukkan identitasnya sebagai orang Katolik di tengah masyarakat mayoritas,†tandasnya.
Pesta yubileum 90 tahun Gereja Hati Kudus Banda Aceh dibuka setahun lalu oleh Mgr Anicetus. Beberapa kegiatan mewarnai perayaan seperti lomba baca Kitab Suci, Pemazmur, voli putra dan putri, memasak bagi kaum bapak dan lomba tarian tradisional.
Maria Pertiwi