HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus menyampaikan refleksinya tentang Tahun Yubileum. Ia mengajak umat untuk menggunakan tahun ini sebagai kesempatan untuk bertobat dan hidup bersama Yesus.
SELURUH umat didorong menyadari diri sebagai anak Allah. Kesadaran itu harus diekspresikan dalam keterbukaan menerima orang lain. Keterbukaan akan kebutuhan orang lain inilah tanda pertobatan sejati. Refleksi ini diserukan Paus Fransiskus dalam katekese mingguan selama Tahun Yubileum Kerahiman Allah di Lapangan St Petrus Vatikan, Sabtu, 18/6.
Membuka Diri
Dalam katekesenya, Bapa Suci menegaskan agar umat beriman mengalami pertobatan sejati pada Tahun Yubileum ini. Manusia mesti menyadari kehadiran orang lain sebagai bagian hidupnya. Inilah tanda yang jelas; manusia dipanggil untuk mengenali kebutuhan sesama. Dengan demikian, manusia lebih terbuka mengalami Kerahiman Allah.
Bapa Suci berharap, Gereja perlu mengubah pola pikir salah tentang sesama. Sesama, kata Paus, adalah mereka yang tak hanya dekat dengan Allah, tapi juga yang terasing dan jauh dari belaskasih Allah. Bukti kehadiran manusia sebagai ciptaan Tuhan terasa nyata bila manusia hidup dari, oleh, dan untuk sesama.
Patron sikap itu tak lain adalah Yesus. Ia berkeliling sambil berbuat baik pada siapapun. Harapannya, manusia juga berbuat baik. Perbuatan baik–meski kecil– sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Meski dipandang sebelah mata, pengorbanan sangat berarti di mata Tuhan. Jadi layaklah manusia melihat sesama sebagai saudara-saudari secitra dengan Allah.
Paus menjelaskan, di tengah dunia, masih banyak yang berkesusahan. Tak sedikit yang kehilangan rumah, keluarga, harga diri, harapan hidup, dll. Banyak orang berusaha menjadi baik, tapi terhimpit penguasa. “Kehadiran kita membebaskan mereka yang merasa tak dianggap dalam hidup,†ujar Paus, seperti dilansir Radio Vatikan 19/6.
Jalan Pertobatan
Tahun Yubileum ini juga menjadi kesempatan istimewa bagi manusia untuk berubah dan bertobat. “Saya harus berubah. Saya tak bisa begini terus. Kalau saya seperti ini, saya tak akan berubah. Jalan ini membuat saya tak berguna dan tak bahagia,†demikian penjelasan Paus. Di tengah kegundahan, Yesus datang sebagai Sang Penebus dosa. Dialah satu-satunya yang bisa mengubah hati manusia yang gundah. Yesus akan mengubah hati, pikiran dan hidup manusia, dan membuatnya bahagia.
Dalam konteks ini, manusia mesti sadar, hanya ada kebahagiaan dalam Yesus. Pelbagai jalan yang ditawarkan dunia saat ini membuat manusia bingung menentukan sikap. Tawaran dunia selalu menggiurkan. Alih-alih hidup bersama Yesus, manusia justru memilih tawaran dunia. Tapi tawaran dunia, ujar Bapa Suci, sifatnya sementara dan hanya pemanis sesaat. Tawaran Yesus untuk hidup bersama-Nya adalah jalan hidup kekal.
Di akhir refleksinya, Paus mengajak Gereja untuk memaknai Tahun Yubileum ini sebagai tawaran Yesus untuk hidup bersama-Nya. Tawaran ini bersifat mengikat dan tak seorangpun bisa menolak. Manusia hanya diminta membuka hati, dan membiarkan Yesus menyelesaikannya. “Bila hati kita terbuka, Yesus akan menyembuhkan luka-luka di hati kita hingga tuntas. Kita akan menjadi ciptaan baru di tengah dunia lama,†tutup Bapa Suci.
Yusti H. Wuarmanuk