HIDUPKATOLIK.com – RABU siang, 8/6, Gereja Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Temanggung, Jawa Tengah dipenuhi ratusan umat, bruder, suster dan imam dari berbagai daerah. Mereka menghadiri Misa Requiem pemakaman Romo Abas Frans Harjawiyata OCSO yang telah berpulang ke rumah Bapa Selasa, 7/6 pukul 01.05 di Rumah Sakit Kristen (RSK) Ngesti Waluyo, Parakan, pada usia 84 tahun. Romo Frans adalah Abas Emeritus dari komunitas Trappist Rawaseneng yang telah bertugas selama 28 tahun (1978-2006).
Dalam homili, Romo Abas Gonzaga Rudiyat OCSO men-sharing-kan tentang doa sederhana yang selalu diajarkan oleh sang ibunda Romo Frans, Constantia Siti Sumirah. “Gusti nyuwun suci. Gusti nyuwun pinter. Gusti nyuwun saras. Gusti nyuwun dados pastor†(Tuhan mohon rahmat kesucian. Tuhan mohon rahmat kepandaian. Tuhan mohon rahmat kesehatan. Tuhan mohon rahmat menjadi pastor). Doa itu membuahkan cinta dalam diri Romo Frans. Kepada siapa pun ia mewariskan sebuah tips sederhana tentang hidup bahagia: “Cintailah apa yang sedang kau hadapi.â€
Sembilan hari sebelum meninggal, Romo Frans tetap menghidupi tips itu. Romo kelahiran Yogyakarta, 24 September 1931 ini, mencintai sakit stroke yang dideritanya sejak Minggu, 29/5. Kepada yang membesuk, ia selalu menebar senyum sukacita tanpa banyak berkata. “I know, it will be,†katanya kepada dua saudara sekomunitas yang menunggui.
Rahib imam yang menguasai 10 bahasa ini dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Dengan sedikit kata dan banyak tersenyum, Romo Frans menebarkan sukacita monastik.
Romo Antonius Anjar Daniadi OCSO (Rawaseneng)