HIDUPKATOLIK.com – Secara pribadi saya lebih suka memakai istilah Hari Pekerja Internasional daripada Hari Buruh Internasional. Karena istilah pekerja lebih bermartabat ketimbang istilah buruh,†kata Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo ketika memimpin Misa dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional atau yang dikenal juga dengan sebutan May Day, Minggu, 1/5. Misa di Gereja St Helena Curug, Tangerang, ini dipimpin Mgr Suharyo didampingi tujuh imam dan dihadiri umat se-Dekanat Tangerang.
Dalam kotbah, Mgr Suharyo menegaskan tujuan kerja yakni untuk memanusiakan manusia. Pertama, mencari nafkah yang pada akhirnya demi kemuliaan hidup manusia. Kedua, kebahagiaan yang diperoleh dari pekerjaan, misal seorang relawan meskipun tidak mendapat gaji tetapi ia bahagia karena membantu sesama. Ketiga, bekerja demi kedatangan Kerajaan Allah yaitu membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Usai Misa, peringatan May Day dilanjutkan dengan sarasehan yang dikemas dalam tema “Kerahiman Allah Memerdekakan Dalam Dunia Kerjaâ€. Menurut ketua panitia acara Jeremias Setua Roja, acara ini sengaja diadakan agar mengalihkan para pekerja Katolik tidak mengikuti unjuk rasa May Day. “Selain Misa, kita juga mengadakan sharing dari pengusaha. Tujuannya agar para pekerja dapat terinspirasi membuka usaha sendiri,†kata Jerri.
Romo Rafael Adipramono OSC yang membuka acara sarasehan siang itu menjelaskan bahwa Misa buruh sudah diadakan tiga kali di Dekanat Tangerang, dengan tempat berpindah-pindah, “Tapi ini hanya seremonial. Pendampingan tetap dilakukan, misal Wanita Katolik RI yang menyediakan tempat penitipan anak di daerah Bremis bagi para buruh ketika jam kerja,†tutur Romo Adi.
May Day, dalam Gereja Katolik bertepatan dengan perayaan Santo Yosep Sang Pekerja, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada 1955. Dari situlah, ILO, menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh se dunia atau May Day.
Marchella A. Vieba