HIDUPKATOLIK.com – Umat Katolik diajak lebih terlibat dalam sosial politik. Kader muda Katolik diharap bisa menduduki jabatan publik. Gereja mau memberi yang terbaik kepada bangsa dan negara.
Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Kerawam KWI) mengadakan Rapat Pleno ke-7 di Wisma Samadi Klender, Jakarta Timur, Senin-Kamis, 18-21/4. Pertemuan tiga tahunan ini dihadiri perwakilan Komisi Kerawam semua keuskupan di Indonesia. Tahun ini dua keuskupan tidak mengirimkan perwakilan, yakni Keuskupan Agung Medan dan Keuskupan Pangkalpinang. Turut hadir pula utusan pengurus pusat organisasi masyarakat (ormas) Katolik dan paguyuban-paguyuban.
Pertemuan kali ini mengangkat tema “Dari Konsolidasi Komitmen Menuju Konsolidasi Partisipasiâ€. Sekretaris Komisi Kerawam KWI Romo Guido Suprapto menjelaskan bahwa pertemuan ini diadakan untuk menjawab harapan para uskup Indonesia agar semakin banyak umat Katolik terlibat dalam bidang sosial politik. “Kita mau membantu umat Katolik, khususnya kader-kader Katolik agar memperoleh pemahaman politik yang baik dan benar, yang kemudian bisa mendorong mereka terlibat,†ujar Romo Prapto.
Komisi Kerawam KWI memfasilitasi para utusan dari setiap keuskupan dan ormas Katolik untuk duduk bersama dan melihat peluang serta tantangan dalam mengembangkan kerasulan sosial politik di tempat asal masing-masing. Kemudian mereka menyusun rencana aksi nyata bersama yang dapat dilakukan, baik di tingkat keuskupan maupun tingkat regio. Romo Prapto berkata, “Kalau mau terlibat dalam sosial politik yang dibutuhkan adalah kerja sama. Melalui kerja sama dan kebersamaan, kita bisa mempersembahkan kader terbaik kita kepada bangsa dan negara,†ujarnya.
Sebagai contoh, Komisi Kerawam KWI mendatangkan beberapa narasumber yang merupakan tokoh Katolik yang sudah terlibat dalam dunia politik dan menjabat posisi-posisi publik, seperti Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca IP Pandjaitan, Anggota Ombudsman RI Adrianus Meliala, dan Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo. Mereka membagikan kisah perjalanan di bidang sosial politik dari awal hingga bisa menempati jabatan publik seperti sekarang. Stanley berkisah tentang pengalaman merintis karier dari wartawan lapangan, dicekal pada masa Orde Baru karena menulis isu-isu pelanggaran hak asasi manusia, hingga jabatannya sekarang.
Adrianus yang lebih banyak berkecimpung di lingkungan akademisi sebagai dosen, selain berbagi cerita ia juga memberikan tips kepada orang muda Katolik agar bisa menduduki jabatan publik di kemudian hari. “Tidak terlibat kasus penggunaan narkoba, punya integritas, idealisme, ulet, dan fokus kepada satu hal, serta memperluas relasi,†kata Adrianus. Ketua Kerawam KWI Mgr Vincentius Sensi Potokota juga menghadiri pertemuan ini. Mgr Sensi menggantikan Mgr Yustinus Harjosusanto MSF sejak November 2015.
Stefanus P. Elu