HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus baru saja menyelesaikan kunjungan apostolik ke Meksiko, Jumat-Rabu, 12-18/2. Salah satu tempat yang ia kunjungi adalah tugu salib di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat (AS), Rabu,17/2. Tugu ini terletak di El Paso, Texas Selatan berbatasan dengan Ciudad Juárez Chihuahua, Rio Grande, Meksiko. Karena itu, tempat ini sering disebut sebagai El Paso- Juárez Las Cruces. Salib di tempat ini menjadi saksi bagaimana ganasnya perbatasan El Paso-Juárez. Tahun 2012, tercatat sekitar 748 orang meninggal di tempat ini.
Kunjungan Paus di tempat ini mendapat kiritik pedas dari Donald Trump, calon Presiden AS dari Partai Republik. Bagi Trump, perjalanan Paus ke Meksiko tak lain untuk mendapat simpati para imigran, seperti dilansir Fox Business Network, Kamis, 11/2.
Trump mengatakan, Paus tak memahami “bahaya†dengan perbatasan yang terbuka. Ia menduga para pemimpin Meksiko meminta Paus memimpin Misa di sana sebagai simpati terhadap negara mereka. Dengan begitu, AS disalahkan. “Saya pikir, Paus adalah orang yang sangat politis, tapi ia tidak memahami masalah negara masingmasing,†kata Trump.
Selain mengkritik Paus, Trump berulangkali membuat pernyataan ofensif terhadap imigran. Ia mengancam, bila terpilih sebagai presiden, ia akan membangun dinding sepanjang perbatasan; bukan dengan uang AS, tapi uang Meksiko. “Saya harus terpilih karena akan membangun dinding sepanjang 2.500 kilometer di perbatasan,†katanya.
Jawab Paus
Kritikan Trump ditanggapi secara bijak oleh Paus. Menurut Bapa Suci, “Seseorang yang hanya memikirkan membangun dinding di manapun ia berada, dan tidak membangun jembatan perdamaian, ia bukanlah Kristiani,†kata paus seperti dirilis Radio Vatikan 20/02.
Dalam komentarnya, ia merasa bersyukur dirinya disebut seorang politikus. Ia meminjam istilah Aristoteles soal manusia sebagai “animal politicusâ€, yang berarti “binatang politikâ€. “Terima kasih Tuhan dia bilang saya adalah manusia politik, karena Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai ‘animal politicus’, jadi setidaknya, saya ini seorang manusia,†kata Paus.
Yusti H. Wuarmanuk