HIDUPKATOLIK.com -Â Dalam perjalanan apostolik ke Meksiko, Paus Fransiskus mampir di Havana, Kuba untuk bertemu dengan Patriakh Moskow sekaligus Kepala Gereja Orthodoks Rusia, Kirill I, Jumat, 12/2.
Pertemuan dua pemimpin Gereja di Kuba ini amat penting dalam konteks relasi keduanya. Sejarah mencatat, dua Gereja ini berseteru selama berabad-abad. Pun termasuk relasi diplomatik Vatikan-Rusia yang baru dibuka sejak 1991, pasca Uni Soviet bubar dan angin segar kebebasan beragama berhembus di Rusia.
Paus Fransiskus dan Patriakh Kirill menggelar pertemuan tertutup selama dua jam di Bandara International José Martà Havana. Masing-masing didampingi penasihat, yakni Presiden Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristiani, Kardinal Kurt Koch dan Presiden Departemen Hubungan dengan Gereja Lain dari Kepatriakhan Rusia, Batrik Hilarion dari Volokolamsk.
Menjadi Saudara
Pertemuan dua pemimpin tertinggi Gereja ini memecah kebekuan dan merekonsiliasi noda-noda hitam relasi keduanya. Tahun 1448, Gereja Orthodoks Rusia diakui sebagai kepatriakhan baru dan berdiri sendiri (Gereja Otokefal). Sejak Konstantinopel direbut Kesultanan Turki pada 1453, Moskow menganggap diri sebagai “Roma Ketiga†karena Kepatriakhan Konstantinopel melemah dan Gereja Yunani cenderung berkiblat ke Roma melalui penerimaan hasil Konsili Florence (1438-1445), yang dianggap menyimpang dari orthodoksi Gereja oleh Rusia.
Dalam sejarah, umat Katolik di Rusia tak pernah berkembang. Misi Gereja Katolik di Rusia dianggap sebagai gangguan bagi Kepatriakhan Moskow karena merangsek teritori kanoniknya dan merebut umat Rusia sehingga mereka berkiblat ke Roma, seperti kasus ritus Ukraina. Tak heran jika hingga kini, di Rusia hanya terdapat satu Keuskupan Agung Metropolit dan tiga Keuskupan Sufragan, serta satu Prefektur Apostolik dengan ritus Latin. Empat keuskupan itu baru diresmikan tahun 2002.
Dalam pertemuan itu, Bapa Suci memuji kerendahan hati, semangat persaudaraan, dan kerinduan Patriakh Kirill untuk membuka diri serta bergandeng tangan dengan Roma. Ia menegaskan, Gereja Katolik dan Gereja Orthodoks adalah saudara. “Kami ditandai baptisan yang sama. Kami pun sama-sama uskup. Kami berbicara tentang Gereja kami,†ujarnya seperti dirilis L’Osservatore Romano 13/2. Dua pemimpin Gereja ini menandatangani sebuah deklarasi yang mencerminkan sikap terbuka dan bersaudara.
Saling Memahami
Bapa Suci juga membicarakan kemungkinan melibatkan Gereja Rusia sebagai bagian dari upaya diplomatik menyelesaikan konflik di Timur Tengah, Afrika Utara, Ukraina, dan Suriah. Selain konflik, dibahas juga ancaman sekularisasi di Eropa, kemiskinan, krisis dalam keluarga, aborsi dan euthanasia. “Dengan kesadaran penuh, kita perlu bertanggung jawab atas iman kita agar masa depan Gereja kian baik,†kata Kirill.
Patriakh Kirill mengaku, Bapa Suci adalah pribadi yang rendah hati. “Kami berbicara tentang Gereja. Kami berbicara dengan jelas, tanpa ambiguitas. Saya harus mengatakan bahwa saya merasakan kehadiran Roh Kudus dalam percakapan kami,†jelasnya seperti diberitakan CNA 13/2.
Paus berterima kasih kepada Kepatriakhan Rusia dan masyarakat Kuba –terutama Presiden Raul Castro. Banyak pihak menilai, pertemuan ini menjadi jembatan relasi Barat dan Timur. Kirill adalah sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, yang turut berperan demi terselenggaranya pertemuan dua pemimpin Gereja ini.
Yusti H.Wuarmanuk/R.B.E. Agung Nugroho