HIDUPKATOLIK.com – Dalam sinode Keluarga Paus meminta para Bapa Sinode berjalan bersama sesuai kehendak Tuhan. Keluarga Katolik diharap mampu memahami peran mereka dalam hidup sehari-hari.
Paus Fransiskus memimpin Misa Penutupan Sinode Keluarga di Basilika St Petrus Vatikan, Minggu 25/10. Bapa Suci berterima kasih kepada para Bapa Sinode yang sudah berpartisipasi selama tiga minggu.
Merefleksikan kisah penyembuhan Bartimeus, Bapa Suci menggaris bawahi dua godaan yang dihadapi keluarga Katolik saat ini. Pertama, godaan jatuh pada “ilusi spiritualitasâ€, tidak peduli dan mengabaikan orang lain. Orang sibuk dengan pikirannya sendiri tentang dunia, tanpa melihat kehadiran Tuhan. Kedua, godaan jatuh pada “iman yang terjadwalâ€, menjalankan agenda pribadi yang tidak sejalan dengan Gereja. Tiap orang mestinya menyatukan langkah bersama Gereja menuju Yesus.
Bapa Suci mengajak Bapa Sinode berjalan bersama. “Mari kita mengikuti jalan dan keinginan Tuhan agar rahmat cinta-Nya bisa selalu dipancarkan, sehingga kita tidak tergoda dan jatuh dalam dosa,†ucapnya seperti dikutip Catholic Herarld 25/10.
Menurut Philippa Hitchen, perwakilan RadioVatikan yang mengikuti sinode, sulit melukiskan emosi yang muncul dalam sinode. Kegembiraan, kelelahan dan keraguan bercampur. “Para Bapa Sinode bekerja menyelesaikan 94 poin tentang keluarga. Kata-kata yang keras, sedikit provokatif turut mewarnai. Tapi berkat Roh Kudus, semua dapat diselesaikan,†ujarnya seperti dilansir Radio Vatikan 24/10.
Tema “Panggilan dan Misi Keluarga di Dunia Modern†menjadi acuan pembahasan, meski diskusinya cenderung berbau Barat yang sekuler seperti perpisahan dan pernikahan lagi, juga sikap Gereja terhadap homo seksual. Masalah kekerasan dalam rumah tangga dan terhadap perempuan, perkawinan inces, pelecehan dalam keluarga, persiapan perkawinan, dan pornografi juga dibahas.
Ragam Tantangan
Pro-kontra terhadap perpisahan suami istri yang menikah lagi secara sipil agar bisa menerima Komuni, menjadi isu serius. Para Bapa Sinode sepakat, hal ini tergantung cara pastoral para imam. Ada kemungkinan, orang-orang itu tetap terintegrasi sebagai anggota Gereja. Selain karena kemurahan hati Allah, mereka termeteraikan Sakramen Baptis. Masalah ini harus dilihat kasus per kasus serta mempertimbangkan konteks dan budaya tiap daerah. Mereka harus bertanya dalam hati, bagaimana memberikan teladan bagi anak-anak bila hidup perkawinannya di ambang krisis. Jika mengambil keputusan berpisah, apa konsekuensinya bagi diri mereka dan kaum muda dalam mempersiapkan diri menuju pernikahan? Terkait isu homo seksual, tiap orang harus melepaskan diri dari kecenderungan homo seksual. Kecenderungan seks normal harus dihormati sebagai rahmat Allah. Salah satu tujuan perkawinan adalah mendapatkan keturunan.
Soal aborsi dan kontrasepsi, para Bapa Sinode sepakat, hidup manusia itu suci. Sejak awal, Allah melibatkan diri dalam tindakan penciptaan manusia. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang prokreasi sebenarnya memanipulasi hidup manusia. Peran orangtua dipisahkan dalam realitas keturunan. Tak ada seorang pun di dunia yang berhak mengklaim hidup-matinya seseorang.
Yusti H. Wuarmanuk