HIDUPKATOLIK.com – Ia pernah dituduh mencuri makanan, lalu dikeluarkan dari seminari. Politik menjadi panggilan hidupnya. Tiga periode, ia terpilih sebagai wakil rakyat. Berhadapan dengan kemiskinan dan ketidakadilan, ia tak gentar bersuara lantang.
Gaya bicaranya lantang. Ia juga kerap terlihat tampil dalam busana yang sederhana. Sudah tiga periode, pria ini menjadi wakil rakyat. Sejak 2004, Thomas Reyaan mengabdikan diri sebagai penyalur aspirasi masyarakat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Maluku Tenggara.
Pada periode pertama, 2004-2009, Thom, demikian ia sering disapa, dipercaya menjadi Wakil Ketua DPRD Maluku Tenggara. Ia juga berkecimpung di Komisi C yang mengurus bidang keuangan dan pembangunan daerah. Pada pemilihan umum (Pemilu) 2009, Thom kembali terpilih sebagai anggota DPRD. Pada periode ini, ia masuk Komisi A yang membidangi pemerintahan. Pada Pemilu 2014 lalu, Thom terpilih kembali untuk ketiga kali. “Puji Tuhan, masyarakat masih percaya dan memberi kesempatan kepada saya menjadi wakil rakyat,” ujar pria kelahiran Langgur, Kei Kecil, 15 Mei 1958 ini.
Dituduh mencuri
Thom lahir dalam keluarga sederhana. Sang ayah, guru agama Katolik. Nama baptis “Thomas” diberikan sang ayah. Nama ini terinspirasi nama Pahlawan Nasional asal Maluku, Thomas Matulessy atau yang lebih dikenal sebagai Pattimura.
Thom pun tumbuh dan besar dalam keluarga Katolik yang taat. Hidup doa menjadi kebiasaan sehari-hari. Sang ayah mengarahkan Thom agar kelak menjadi seorang pastor. Untuk menggapai impian sang ayah, setelah menamatkan sekolah dasar, Thom melanjutkan pendidikan di Seminari Menengah Yudas Tadeus Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara.
Namun malang, ketika duduk di kelas tiga, Thom dikeluarkan dari seminari. Ia dituduh mencuri makanan di gudang seminari. Tapi itu tak berlangsung lama. Tuduhan yang dilayangkan kepada Thom tak terbukti. Ia pun bisa kembali belajar di seminari.
Di seminari, jiwa kepemimpinan Thom mulai tampak. Ia kerap mengkritik kebijakan seminari. Thom juga sering membela dan menjadi juru bicara ketika ada rekan seminaris yang menghadapi masalah dengan para pengelola seminari. “Sikap ini membuat saya kurang disukai staf pengajar seminari,” kenang Thom saat ditemui di sela-sela Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik III Provinsi Maluku yang digelar di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, beberapa waktu lalu.
Alhasil, ia tidak direkomendasikan untuk melanjutkan ke seminari tinggi. Thom pun mengubur impian menjadi seorang imam.
Memilih politik
Meski tak berhasil menggapai cita-cita menjadi imam, semangat Thom tak lunglai. Ia meneruskan belajar di Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon. Ketika menjadi mahasiswa, Thom aktif dalam berorganisasi. Ia menempa diri dan menimba keterampilan menjadi seorang pemimpin. Thom terlibat dalam kegiatan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI). Ia juga menjadi salah seorang mahasiswa yang menggiatkan kembali Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ambon yang sempat redup. Pada periode 1982-1984, ia tercatat sebagai Ketua PMKRI Cabang Ambon.
Setelah bergiat di PMKRI, pada masa 1984-1990, Thom terlibat aktif dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Pengalamannya berorganisasi menjadi batu loncatan untuk masuk dalam partai politik. Selama empat tahun, 1994-1998, Thom terpilih sebagai Sekretaris DPD Golkar Provinsi Maluku. “Saya memilih politik, karena saya orang yang vokal, suka mengkritik. Saat masih menjadi mahasiswa, saya sering berdemontrasi. Saya juga tidak suka pekerjaan yang terlalu terikat dengan birokrasi, seperti pegawai negeri sipil,” ungkap umat Paroki Kelanit, Keuskupan Amboina ini.
Medio 1999, Ambon dilanda kerusuhan massa yang mengatasnamakan agama. Kondisi keamanan Ambon yang tak menentu, membuat Thom pulang kampung ke Langgur. Tapi, semangat berpolitik Thom tak padam. Pada 2003, Thom bergabung dengan Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK) Indonesia. Melalui partai ini, pada Pemilu 2004, Thom mendapat kepercayaan menjadi wakil rakyat. Pada Pemilu 2009, ia masih aktif di PNBK. Namun, pada Pemilu 2014 lalu, Thom melompat ke Partai Golkar, lantaran PNBK tak lolos verifikasi sebagai partai politik peserta Pemilu.
Rumput laut
Setelah terpilih kembali menjadi Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara, Thom bertekad memberikan perhatian lebih kepada dua hal. Pertama, persoalan anggaran pembangunan daerah yang sepenuhnya harus diarahkan demi kepentingan warga, terutama mereka yang kurang mampu secara ekonomi. Kedua, perihal kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang harus memberi perhatian lebih kepada kepentingan umum, bukan kepada kepentingan kelompok tertentu saja. “Jumlah warga miskin di Maluku Tenggara harus berkurang. Taraf pendapatan masyarakat juga harus meningkat,” tekad Thom.
Komoditi utama yang menjadi andalan masyarakat Maluku Tenggara adalah rumput laut. “Maluku Tenggara harus menjalin kerjasama dengan Kementrian Perindustrian untuk menyediakan alat dan pabrik pengolahan rumput laut. Jika sudah ada pabrik, maka pendapatan masyarakat bisa bertambah,” ungkap Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) Kabupaten Maluku Tenggara ini.
Mata pencaharian mayoritas penduduk Maluku Tenggara memang petani rumput laut. Rumput laut pun menjadi tumpuan dan harapan bagi warga untuk memperbaiki kualitas kehidupan. “Rumput laut harus menjadi harapan kami, warga Maluku Tenggara. Saya akan selalu berjuang demi masyarakat,” urai pria yang turut membidani Pesparani Provinsi Maluku ini.
Thomas Reyaan
TTL : Langgur, 15 Mei 1958
Isteri : Theresia Rahayuningrum
Anak : Andrea Chevalyatri Maharani Reyaan dan Mario Yudhistira Reyaan
Pendidikan:
• Seminari Menengah Yudas Tadeus Langgur
• Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon
Pekerjaan:
• Ketua Panitia Lomba Paduan Suara Gerejani Kepulauan Kei (2007)
• Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) Kabupaten Maluku Tenggara (2008-sekarang)
• Wakil Ketua DPRD Kabupaten Maluku Tenggara (2004-2009)
• Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara (2009-2014)
• Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara (2014-2019)
Aprianita Ganadi