HIDUPKATOLIK.com – Sejak akhir 1980, Sri Mulyati dan sang suami Juwadi menjadi pekerja rumah tangga di rumah Susanto Pudjomartono, yang pernah menjadi Pemred The Jakarta Post. Mereka mendapat tugas untuk menjaga rumah dan mengurus rumah Susanto. Waktu itu, Susanto bertanya apakah Sri bisa memasak atau tidak? Dengan polos Sri menjawab bahwa ia tidak bisa memasak. “Saya dibesarkan oleh nenek. Jadi apa-apa sudah tersedia …. Lalu Bapak memberi saya buku ‘pintar’. Dalam buku itu isinya banyak sekali resep masakan. Saya coba-coba berdasarkan apa yang tertulis di situ,” kisah perempuan kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah, 12 Desember 1960 ini.
“Bapak dan Ibu menganggap keluarga saya seperti keluarga mereka. Bahkan jika ada teman beliau yang bertanya siapa kami, mereka menjawab bahwa kami adalah famili jauhnya. Saya merasa senang dianggap seperti keluarga sendiri, tetapi juga sering merasa tidak enak, kami ini siapa.”
Pada 13 Januari 2004-April 2007, Susanto ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Rusia. Susanto dan sang istri Erlien Yudianti lantas memboyong Sri berikut kedua anaknya ke Moskow. Sementara suami Sri ditinggal di Jakarta untuk menjaga dan mengurus rumah Susanto.
Mereka tinggal di wisma KBRI di Moskow, Rusia. Sri mendapat tugas sebagai Kepala Rumah Tangga di sana. Sementara kedua anak Sri diangkat sebagai anak duta besar. “Saya tidak bisa bilang apa-apa ketika Bapak mengatakan bahwa kedua anak saya diangkat sebagai anak dubes sebelum ke Moskow. Saya sempat takut kehilangan … kalau mereka diangkat anak, jangan-jangan saya kehilangan mereka …Tapi saya percaya itu yang terbaik,” katanya.
Keluarga Muslim Susanto dan Erlin yang biasa dipanggil Pak Cus dan Talin oleh kedua anak Sri, Condro dan Liya, juga memperhatikan pendidikan kedua anak ini. Mereka pun turut mendidik kedua anak Sri sampai lulus perguruan tinggi. “Alhamdulilah, saya banyak bersyukur atas keadaan saya dan anak-anak. Saya dan suami dengan Bapak Ibu sama kompaknya dalam mendidik anak-anak saya. Anak-anak dianggap seperti anak mereka sendiri juga. Saya juga menganggap Bapak dan Ibu seperti orangtua saya. Saya lama sudah tidak punya orangtua. Ketika saya berusia tujuh tahun, bapak saya meninggal dunia,” ujar Sri yang pernah dikursuskan menjahit oleh Susanto.
Maria Pertiwi