HIDUPKATOLIK.com – Tahun Hidup Bakti dimulai 21 November 2014. Para religius di Indonesia pun bergerak untuk mengisinya.
Konferensi Pemimpin Tinggi Antar Religius Indonesia (Koptari) baru saja menggelar Sidang Pleno tiga tahunan pada Senin-Jumat, 1-5 November lalu. Dalam sidang yang diselenggarakan di Panti Semadi JMJ, Malino, Sulawesi Selatan, perayaan Tahun Hidup Bakti juga diagendakan. Pertemuan ketika itu dihadiri 105 tarekat dari 181 tarekat yang sudah bergabung dalam Koptari.
Menurut Sekretaris Koptari periode 2014-2017 Romo Telesforus Nugroho Krisusanto SSCC, sidang ini mengambil tema, “Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi pada Zaman ini”. Tema tersebut dipilih untuk merefleksikan keberadaan kaum religius sebagai seorang mistikus dan nabi. “Di satu pihak dia harus berusaha mengenal misteri Allah, di lain pihak dia harus siap mewartakan hasil refleksi dan pengenalannya akan Allah,” ujar provinsial Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC) dari Biara Sacred Hearts, Batam, dalam wawancara telepon dengan HIDUP, Kamis, 18/12.
Refleksi Bersama
Sidang pleno dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Makassar Mgr John Liku Ada. Dalam khotbahnya, Mgr John mengungkapkan bahwa Yesus sendiri adalah seorang mistikus, sekaligus seorang nabi. Ia tidak segan-segan meninggalkan para murid untuk menyendiri dan berdoa. Namun di saat lain, Dia mengajar dan mengulurkan tangan untuk mereka yang datang. Sebagai murid Kristus, para religius pun diundang untuk menyadari dan meneladani Yesus sebagai mistikus dan nabi.
Laiknya pertemuan organisasi, ada laporan kerja dari pengurus Koptari periode 2011-2014. Laporan disampaikan oleh Ketua Koptari, Romo Robertus Bellarminus Riyo Mursanto SJ. Dalam acara itu juga disampaikan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus periode 2011-2014. Peserta mendapat laporan tentang kondisi wisma Koptari di Jakarta dari Sekretaris Eksekutif periode 2011- 2014 Sr Petronella Lie SCMM dan memperoleh masukan dari penghubung Koptari dengan Konferensi Waligereja IndonesiA (KWI), Mgr Aloysius Sudarso SCJ.
Secara keseluruhan, kata Romo Nugroho, Sidang Pleno Koptari tahun ini lebih banyak diarahkan untuk mempersiapkan perayaan Tahun Hidup Bakti. Memang ada perhatian keluar yang kelak diharapkan memberi dampak pada pemahaman umat akan hidup bakti agar mereka memberikan dukungan dan terdorong untuk bergabung. Ada juga perhatian “kedalam” di mana setiap tarekat berusaha memperhatikan kondisi komunitasnya dengan mengangkat hubungan persaudaraan antaranggota. “Serta diperhatikan juga hidup religius yang menyimpang dan sungguh membutuhkan bantuan,” kata pastor yang ditahbiskan pada 26 Juni 1999 di Pangkalpinang ini.
Rangkaian Sidang Pleno kemudian ditutup pada Jumat, 5/9. Peserta turun ke Makassar menuju Katedral Makassar untuk mengikuti misa penutupan yang dipimpin oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi. Dalam khotbahnya, Nunsio mengingatkan kembali agar para anggota Hidup Bakti berusaha memulihkan kembali semangat hidup doa. “Saat ini dirasakan bahwa perhatian terhadap karya jauh lebih besar daripada perhatian terhadap hidup doa,” kata Nunsio seperti disitir oleh Romo Nugroho.
Persiapan Peringatan
Salah satu hasil dari sidang ini adalah pengurus baru Koptari periode 2014-2017. Mereka adalah: Ketua Romo Adrianus Sunarka OFM, Wakil Ketua Sr Anna Mariae OP, Sekretaris Romo Telesforus Nugroho Krisusanto SSCC, Bendara Sr M. Aquina D. Murjiyati FSGM dan tiga anggota pengurus lainnya: Br Yanuarius Sukirdi BM, Sr Cornelia Silalahi FCJM, dan Sr Klarista Laksmiwati PI.
Berkaitan dengan perayaan Tahun Hidup Bakti, dalam Sidang ini dirumuskan beberapa agenda yang dibagi dalam tiga tahap yaitu: refleksi, aksi, dan selebrasi.
Pada tahap Refleksi, Koptari akan membuat buku profil tarekat religius yang ada di Indonesia. Juga akan ditulis buku refleksi tentang Hidup Bakti dalam terang dokumen Perfectae Caritatis, Vita Consacrata, dan Evangelii Gaudium. Dalam buku itu akan diangkat keindahan hidup religius dan tantangannya dengan mengikuti kerangka mensyukuri kenangan masa lalu, menyongsong masa depan dengan penuh harapan, dan menghidupi masa kini dengan penuh gairah dan semangat. “Masing-masing tarekat diminta menyumbang satu tulisan berkaitan dengan kharisma tarekatnya,” ujar Romo Nugroho.
Pada tahap Aksi, Koptari akan mengembangkan katekese tentang Hidup Bakti dan tanggung jawab umat. Pada bulan Mei 2015 Koptari akan bekerjasama dengan Komisi Pengembangan Iman/ Kateketik KWI. Juga akan ada tindakan simbolik yang dilakukan oleh tarekat, exposurebersama kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.
Sementara itu, pada tahap Selebrasi, para uskup diminta memasukkan tema Hidup Bakti dalam surat gembala mereka pada pembukaan Tahun Hidup Bakti.
Perekat Tarekat
Koptari pada tahun 1969-1978 dikenal dengan nama Kongres Gabungan Religius (Konggar). Kemudian berganti nama menjadi Majelis Antar Serikat Religius Indonesia (Masri) pada tahun 1978-1987. Tahun 1987-2011 berubah nama lagi menjadi Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia (Koptari). Dan di tahun 2011, kepanjangan Koptari diubah menjadi Konferensi Pemimpin Tinggi Antar Religius Indonesia.
Keanggotaannya, menurut Sekretaris Eksekutif Koptari yang baru, Sr Gratiana SCMM, adalah para pemimpin tinggi dan tertinggi Lembaga Hidup Bakti di Indonesia yang telah menjadi anggota dari Musyawarah Antar Serikat Imam (Masi), Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia (Ibsi), dan Musyawarah Antar Bruder Indonesia (Mabri). “Anggotanya berkumpul bersama dalam Sidang Pleno tiga tahunan,” ujarnya ketika ditemui HIDUP di Sekretariat Koptari, Menteng, Jakarta.
Apa tujuan organisasi Koptari? Setiap tarekat diharapkan bisa menjalin kerjasama dan saling meneguhkan dalam hidup dan karya. “Dengan kerjasama itu, diharapkan pelayanan mereka kepada Gereja dan masyarakat semakin baik dan erat,” katanya.
Tarekat-tarekat yang berdiri di Indonesia
1. Tarekat Maria Mediatrix (TMM),
berdiri: 1 Mei 1927, di Ambon, Maluku.
2. Kongregatio Imitationis Jesu (PIJ),
berdiri: 25 Maret 1935, di Jopu, Ende, Flores.
3. Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang (KKS),
berdiri: 11 Januari 1937, di Bangka Belitung, Pangkalpinang.
4. Abdi Kristus (AK), berdiri: 29 Juni 1938, di Ambarawa, Jawa Tengah.
5. Putri Reinha Rosari (PRR),
berdiri: 15 Agustus 1958, di Larantuka, Flores, NTT.
6. Kongregasi Frater Hamba-Hamba Kristus (HHK),
berdiri: 29 Agustus 1958, di Makassar, Sulawesi Selatan.
7. Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA),
berdiri: 27 September 1960, di Madiun, Jawa Timur.
8. Institut Sekuler Penebar Ragi Kristus (PRK),
berdiri: 25 Maret 1964, di Ambarawa, Jawa Tengah.
9. Serikat Putri Karmel (PKarm),
berdiri: 19 Maret 1982, di Malang, Jawa Timur.
10. Serikat Rosa Mistika (SRM),
berdiri: 15 Agustus 1982, di Semarang, Jawa Tengah.
11. Carmelitae Sancti Eliae (CSE),
berdiri: 20 Juli 1986, di Malang, Jawa Timur.
12. Persekutuan Puteri-Puteri Santa Angela (PSA),
berdiri: 27 Januari 1993, di Bandung, Jawa Barat.
13. Kongregasi Bruder Tujuh Dukacita Santa Maria (BTD),
berdiri: 20 September 2001, di Tomohon Timur, Manado.
Sumber Buku Petunjuk Gereja Katolik Indonesia Tahun 2009
Dikumpulkan oleh: Odorikus Holang.
A. Nendro Saputro