HIDUPKATOLIK.com – Dalam bahasa dan cara pandang orang Kristen, Alquran cenderung menyampaikan dan memberi tekanan pada “hukum yang terutama dan yang pertama” (Mat 22:36–38). “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
Alquran turun kira-kira 600 tahun sesudah Yesus Kristus wafat. Dan pertanyaan yang menarik untuk kita renungkan adalah “Mengapa pewahyuan ini berlangsung setelah 600 tahun sejak orang Kristen menyampaikan kesaksian mereka? Setelah 300 tahun kejayaan kekuasaan politik Kristen, yaitu sejak pemerintahan Konstantinus Agung (306–337)?
Muncul satu teori yang mengatakan, terjadi perubahan Kristologi ketika kekristenan diterima sepenuhnya dan dilindungi secara sosial-politik. Yesus Kristus yang memerintah segalanya (pantocrator, 2Kor 6:18) sekarang lebih dimengerti sebagai penguasa duniawi. Yesus Sang Mesias yang dimengerti sebagai “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba” (Fil 2:7) dikesampingkan atau dipahami secara berbeda dalam pengolahan Kristologi. Yesus sudah diangkat dalam kemuliaan ilahi dan kini terlihat dalam kekuaasaan-Nya di dunia. Suasana ini sangat mungkin menjadi salah satu kritik masyarakat Arab pada abad VII kepada umat Kristen.
Jika ‘spekulasi’ itu diterima, umat Kristen mestinya percaya bahwa Roh Kudus juga bekerja lewat Alquran untuk mendidik umat Kristen pada masanya hingga sekarang. Ia mengajak umat Kristen untuk kembali pada makna sejati Mesias dalam Kitab Suci. Yesus sebagai manusia (1Tim 2:5) menderita dan wafat karena dosa manusia lain. Kesetiaan- Nya hingga di kayu salib membuat Allah mengakui-Nya sebagai Putra-Nya.
Greg Soetomo SJ
HIDUP NO.37, 14 September 2014