HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus tiba di Korea Selatan, kunjungan apostoliknya yang pertama ke Asia. Tiga agenda utamanya: menyerukan perdamaian di Semenanjung Korea, membeatifikasi 124 martir, dan berjumpa dengan orang muda Katolik se-Asia.
Kedatangan Paus Fransiskus disambut gegap gempita masyarakat Korea Selatan. Di jalan-jalan Kota Seoul, ibukota Korea Selatan, spanduk berukuran besar maupun kecil terpajang di antara gedung-gedung pencakar langit. Media cetak yang berbasis di Korea Selatan, The Korea Times, memajang foto Paus Fransiskus. Koran ini juga memuat kutipan harapan dari 20 orang terhadap kunjungan paus dengan judul “Our Prayers are With You” sebagai berita utama pada hari kedatangan Paus Fransiskus, Kamis, 14/8. Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ini juga tak luput dari mata media. Sekitar 3000 jurnalis mendaftar untuk meliput. Para kuli tinta dan juru kamera ini berasal dari 358 media dari 23 negara.
Meski demikian, ada kisah lain yang turut mengiringi kedatangan Paus Fransiskus. Kamis pagi, 14/8, Korea Utara meluncurkan dua roket jarak dekat. Menjelang sore, ketika Paus hendak berjumpa dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, Korea Utara kembali meluncurkan satu roket.
Memang, pemerintah Korea Utara sudah mengklarifikasi, peluncuran roket itu tidak bertujuan mengancam atau mengganggu kunjungan Paus Fransiskus. Namun, kedua peristiwa itu terjadi secara bersamaan. Sampai kini, ketegangan masih dialami kedua negara ini setelah perang pada 1950-1953. Dan, Paus Fransiskus selama kunjungan ke Korea Selatan ini terus menyerukan perdamaian bagi kedua negara ini.
Kehangatan Paus
Sejak Sabtu, 9/8, National Youth Center of Korea yang terletak di wilayah Keuskupan Daejeon dipadati sekitar 6000 orang muda Katolik dari penjuru Asia. Mereka berkumpul, berbagi pengalaman iman, dan bersukacita dalam perhelatan Asian Youth Day (AYD). Di antara 6000 orang muda itu, hadir 76 orang muda Katolik dari Indonesia. Sebelum berkumpul di Daejeon, se mua peserta AYD tinggal bersama, merasakan kehidupan iman umat di Korea Selatan. Mereka mengikuti program live in selama empat hari.
AYD kali ini merupakan gelaran yang keenam, dengan mengusung tema Asian Youth, Wake Up! The Glory of the Martyrs Shines on You. AYD pertama hingga kelima, berturut-turut diadakan di Thailand (1999), Taiwan (2001), India (2003), Cina (2006), dan Filipina (2009).
Paus Fransiskus tiba di Daejeon pada Jumat, 15/8. Paus berjumpa dan me nyapa para peserta AYD di Solmoe Shrine, tempat kelahiran imam dioses pertama Korea yang telah masuk dalam jajaran orang kudus, St Andreas Kim Dae Geon. Kedatangan Paus ke Solmoe Shrine di sambut ratusan ribu umat Katolik. Dalam acara di Solmoe Shrine ini, delegasi Indonesia mendapat kesempatan mempersembahkan tarian tradisional di hadapan Paus. Setelah mereka tampil, Paus Fransiskus menyalami para penari dan pemain alat musik.
Seorang pemain musik, Nemesius Jumpa, tak bisa menyembunyikan rasa haru setelah menjabat tangan Paus Fransiskus. “Saya menangis. Ini sungguh mengagumkan! Kehangatan tangan Paus masih terasa di sini,” ujar orang muda asal Keuskupan Ruteng, Flores ini sembari mengepalkan tangan dan menempelkan di dadanya.
Ketua Delegasi Indonesia, Gerard Thema, juga merasa amat bersyukur peristiwa ini. “Saya bangga dan terharu. Kami dipercaya menari di hadapan Paus Fransiskus dan bisa bersalaman dengan beliau.”
Dalam perjumpaan dengan orang muda yang berlangsung lebih dari dua jam itu, mula-mula Paus Fransiskus berbicara terpaku kepada teks yang sudah di sediakan. Namun, tiba-tiba Paus berkata, “Saya selalu harus membaca teks yang sudah disiapkan. Tapi, sekarang saya akan bicara bebas kepada Anda semua!” Ia pun lalu menyimpan kertas yang ia pegang, dan berbicara langsung kepada orang muda dan umat yang memadati tenda berukuran se kitar 100 x 50 meter. Setiap kali Paus menyudahi kalimat, pekik gempita dan tepuk tangan membahana.
Paus Fransiskus mengajak semua orang muda Katolik di Asia untuk menyadari bahwa mereka dipanggil menjadi pribadi-pribadi yang suci. “Panggilan menjadi suci hanya bisa dikembangkan melalui doa!” tegas Paus. Saat itu juga, Paus meminta waktu dua menit untuk hening dan berdoa. Dalam sekejap, orang muda dan umat yang memenuhi tenda itupun diam dalam doa.
Ziarah dan K-Pop
Esok pagi, Sabtu, 16/8, ketika Paus Fransiskus memimpin perayaan Ekaristi beatifikasi 124 martir di Gwanghwamun Square, para peserta AYD berziarah bersama dari Universitas Hanseo ke Haemi Castel yang terletak di Haemi-eup dekat Seosan, Propinsi Chungcheong Selatan. Pukul 16.30 waktu Korea Selatan, para peserta AYD berkumpul di aula Universitas Hanseo. Setelah mendengar arahan dan berdoa bersama, para peserta AYD yang di bagi dalam beberapa kelompok mulai berjalan kaki ke Haemi Castel.
Di sepanjang jalan yang lengang sore itu, berjejer orang-orang muda berbaju merah tua dari berbagai negara di Asia. Sembari berjalan kaki, mereka larut dalam suasana canda tawa dan nyanyian bersama. Bendera Merah Putih terus berkibar, tanda di antara arak-arakan orang muda itu, ada delegasi Indonesia.
Setelah berjalan kurang lebih empat kilometer, seorang anggota panitia berdiri di balik tikungan, tepat di bawah jalan layang. Ia memberi isyarat agar semua peziarah tenang. Seketika itu pula, para peserta AYD yang sebelumnya bernyanyi dan tertawa lepas, berubah bungkam. Mereka terus berjalan dalam keheningan doa.
Sekitar 100 meter setelah itu, para peziarah tiba di jalan yang membagi areal persawahan penduduk. Di sisi kiri jalan berjejer tiang-tiang setinggi dua meter yang memajang gambar diri 124 martir yang dibeatifikasi Paus Fransiskus pada hari itu. Tempat ini diyakini sebagai lokasi pem bunuhan para martir itu. Sementara di tepi barat, senja semakin tegas. Pepadian yang hijau membentang di sisi kiri dan ka nan jalan, menambah suasana khusyuk.
Suasana kembali riuh saat para peserta AYD memasuki Haemi Castel. Tabuhan tambur khas Korea dan tarian menyambut para peserta di depan gerbang masuk Castel. Malam itu, peserta AYD melewati malam dengan menikmati suguhan tarian dari seluruh delegasi. Goyangan ala K-Pop yang dibawakan orang muda Korea menguncang penuh sukacita.
Wake Up!
Setelah semua rangkaian acara sudah diikuti para peserta AYD, kini tibalah puncak AYD, perayaan Ekaristi bersama Paus Fransiskus. Hari itu, Minggu, 17/8, Dae jeon diguyur hujan dari pagi hingga siang. Usai makan siang, semua peserta AYD berangkat menuju Haemi Castel. Satu kilometer sebelum Haemi Castel, Polisi sudah berjaga di sisi kiri dan kanan jalan. Jalan menuju pintu masuk Haemi Castel, telah dipadati umat. Mereka mengantre masuk ke bagian dalam Haemi Castel.
Di areal seluas lapangan sepak bola ini, sebuah panggung besar dibangun sebagai panti imam. Ribuan kursi telah berderet rapi, tempat duduk bagi peserta AYD. Sementara di sisi luar, di seberang jalan, yang membagi bagian dalam Haemi Castel menjadi dua bagian, juga tersedia kursi dan sudah dipenuhi umat. Tanah basah selepas hujan, tak mengurangi semangat umat. Mereka berdiri dan menantikan kedatangan Paus Fransiskus.
Sosok yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dari layar besar tampak Paus Fransiskus berdiri di atas mobil putih terbuka. Ia menyapa umat yang berjajar di jalan raya dengan lambaian tangan. Di atas mobil itu, Paus ditemani President of the Committee for Youth Ministry Mgr Lazzaro You Heung Sik.
“Viva Papa! Viva Papa!” “Papa Francesco! Papa Francesco!” Teriakan itu semakin keras memenuhi sudut-sudut Haemi Castel. Paus tampak tenang dan terus melambaikan tangan menyapa umat. Banyak umat yang berdiri di sisi-sisi jalan yang dilalui Paus tak kuasa membendung air dari mata. Mereka menangis.
Acara penyambutan ini berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu, perayaan Ekaristi dimulai. Kembali terjadi kejutan bagi delegasi Indonesia. Bacaan kedua, di bacakan dalam bahasa Indonesia. Seorang peserta dari Keuskupan Purwokerto, Jawa Tengah, Veronicha Dhini Kristyaningrum didaulat membaca bacaan kedua.
Dalam perayaan Ekaristi ini, Paus Fransiskus kembali menegaskan keteladanan iman yang telah ditunjukkan olah 124 martir yang baru saja dibeatifikasi. “Para martir itu telah mengambil bagian dalam kepenuhan cinta Kristus dengan mengorbankan hidup. Mereka telah memberikan teladan sebagai murid Kristus yang setia hingga akhir hidup!” tegas Paus dalam khotbah yang di sampaikan dalam bahasa Inggris.
Lantas, kemartiran apa yang dapat kita lakukan pada masa sekarang ini? “Kemartiran yang setia merayakan sakramen-sakramen dalam Gereja. Setelah itu, pergi dan terlibatlah dalam kehidupan masyarakat!”
Asian Youth! Wake Up! Orang muda Asia! Bangkitlah! Seruan ini terus diulang- ulang Paus Fransiskus menjelang akhir kotbah sembari mengangkat tangannya memberi isyarat agar bangkit.
Stefanus P. Elu, dari Daejon, Korea Selatan
HIDUP NO.36, 7 September 2014