HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus mengangkat Uskup Sintang Mgr Agustinus Agus menjadi Uskup Agung Pontianak, Selasa, 3 Juni 2014. Ia menggantikan Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap yang memasuki masa pensiun.
Mentari belum tinggi. Telepon Uskup Sintang Mgr Agustinus Agus bergetar, Kamis, 22 Mei lalu, sekitar pukul 09.30 WIB. Suara di seberang telepon tak asing baginya, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi. Melalui telepon itu, Nuntius mengabarkan bahwa Paus Fransiskus telah menunjuk Mgr Agus sebagai Uskup Agung Pontianak, menggantikan Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap yang pada saat bersamaan memasuki masa pensiun.
“Saat mendengar kabar itu, perasaan saya campur aduk,” kisah Mgr Agus saat ditemui di Jakarta, Selasa, 19/8. Melalui sambungan telepon itu, Mgr Agus bertanya kepada Nuntius, “Mengapa saya selalu ditugaskan di tempat yang sulit?” Tapi, Nuntius justru menjawab ringan, “Karena Monsinyur punya pengalaman di tempat yang sulit. Dengan pengalaman itu, Monsinyur pasti bisa menggembalakan umat di Keuskupan Agung Pontianak.”
Menanggapi tugas perutusan itu, Mgr Agus berkata, “Panggilan saya adalah menjadi imam. Menjadi uskup agung bukan tujuan atau target. Kalau Takhta Suci menunjuk saya menjadi uskup agung itu risiko dari panggilan saya. Saya diberi tanggung jawab.”
Dua belas hari sesudah menerima kabar dari Nuntius, Takhta Suci mengumumkan secara resmi penunjukan Mgr Agus sebagai Uskup Agung Pontianak pada Selasa, 3 Juni 2014 pukul 12.00 waktu Roma atau pukul 17.00 WIB. Semenjak itu, takhta Uskup Sintang pun kosong. Meski demikian, Mgr Agus tak serta merta meninggalkan Sintang, karena ia juga ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sintang.
Menerima pallium
Pada Hari Raya St Petrus dan Paulus, Minggu, 29 Juni lalu, Mgr Agus masuk dalam jajaran 27 Uskup Agung Metropolit yang ditunjuk dalam satu tahun terakhir, yang mendapat pallium dari Paus Fransiskus. Dari 27 Uskup Agung Metropolit, hanya 24 Uskup Metropolit yang hadir. Pallium (Latin: kain tenun dari bulu domba) adalah kain selempang berbentuk lingkaran dari wol putih, yang memiliki dua juntai warna hitam di ujung, bersulam ornamen enam salib hitam.
Mula-mula, pallium hanya dipakai Uskup Roma. Tapi, sejak abad VIII, Uskup Agung Metropolit, Batrik dan Patriakh Gereja Timur juga memakainya sebagai anugerah dan tanda kesatuan dengan Paus. Pallium hanya dipakai Uskup Metropolit ketika memimpin Misa Pontifikal di Provinsi Gerejaninya, baik Keuskupan Metropolit yang ia kepalai maupun Keuskupan Sufragan. Tradisi pallium ini melambangkan legitimasi kuasa penggembalaan atas kawanan domba yang telah diserahkan Yesus kepada Petrus untuk digembalakan.
Apakah ada pesan khusus dari Bapa Suci kepada Mgr Agus? “Saya tidak tahu, karena sepanjang upacara itu, Paus berbicara dalam bahasa Italia,” ujar alumnus Marygnoll School of Theology University of the State of New York, Amerika Serikat ini sembari menebar senyum.
Dalam Kristus
Pada Kamis, 28 Agustus 2014, Mgr Agus akan secara resmi menduduki takhta Uskup Agung Pontianak. Mgr Agus akan membawa serta semangat penggembalaan yang tersemat dalam moto tahbisan episkopalnya, Instaurare omnia in Christo (Semuanya dipersatukan dalam Kristus). Kalimat ini diambil dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (Ef.1:10). Melalui kalimat ini, Mgr Agus ingin menemani dan menggembalakan peziarahan umat menuju ke kesatuan yang lebih intim dengan Kristus, Sang Gembala Sejati. “Sebab Kristus yang mempersatukan kita!” tegasnya.
Dalam mengawali masa penggembalaan di Keuskupan Agung Pontianak, Mgr Agus juga membawa semangat baru yang tertuang dalam logo penggembalaannya. Mgr Agus berharap, para imam, biarawan, biarawati, beserta umat turut memberikan kesaksian, mewartakan kabar sukacita, dan menaburkan benih-benih Kerajaan Allah di tengah masyarakat.
Dari Sintang
Mgr Agus lahir dan tumbuh dalam keluarga sederhana di Desa Lintang, Kabupaten Sanggau. Dia adalah putra dari pasangan Markus Budjang dan Maria Djoi. Setelah menamatkan sekolah dasar di Bodok pada 1962, ia melanjutkan pendidikan ke SMP Nyarumkop, lalu SMA Seminari di Nyarumkop, Singkawang.
Setelah menyelesaikan pendidikan filsafat dan teologi di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta, pria yang gemar olah raga bulu tangkis ini menerima tahbisan diakon dari Kardinal Yustinus Darmoyuwono pada 23 September 1976. Satu tahun kemudian, ia ditahbiskan sebagai imam Keuskupan Sanggau di Gereja Sekadau oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap.
Pada 1 Januari 1996, Takhta Suci mengabulkan surat pengunduran diri Uskup Sintang Mgr Isak Doera. Sembilan belas hari kemudian, Takhta Suci mengangkat RD Agustinus Agus sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sintang. Pada 20 Oktober 1999, saat usia nya menginjak 53 tahun, ia diangkat sebagai Uskup Sintang. Ia menerima tahbisan episkopal pada 6 Februari 2000 oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ sebagai penahbis utama dengan penahbis pendamping Duta Besar Vatikan untuk Indonesia saat itu Mgr Renzo Fratini dan Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap.
Celtus Jabun/Y. Prayogo
HIDUP NO.35, 31 Agustus 2014