HIDUPKATOLIK.com – Tantangan yang dihadapi Keuskupan Bandung terbagi sesuai arah pelayanan. Pertama-tama tantangan Gereja secara internal. Sistem pelayanan ke dalam seperti keuskupan, paroki, sekurang-kurangnya secara esensial sudah dijalankan Gereja, termasuk Keuskupan Bandung. Tetapi, bukan berarti bahwa tidak ada tantangan. “Tantangannya adalah bagaimana membuat Gereja semakin beriman dan berbuah. Kemudian, imannya itu diwujudkan dalam persaudaraan intern Gereja,” jelas Uskup Agung Jakarta, Mgr I. Suharyo, Rabu, 6/8. Tantangan kedua adalah Gereja Keluar, yakni melayani. Keuskupan Bandung memiliki sejarah panjang hadir di Jawa Barat, lewat pendidikan, juga pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit St Borromeus. Kehadiran ini mendapat pengakuan dari masyarakat. “Maka tantangannya jelas, yaitu mengemban tanggung jawab sejarah,” jelas Mgr Suharyo.
Sedangkan langkah-langkah yang mesti diambil dalam menghadapi tantangan itu, lanjut Mgr Suharyo, adalah mengoptimalkan pelayanan perangkat Gereja, sesuai arah dasar yang telah ada. Misalnya, di Bandung sudah dirumuskan arah dasar yang dibuat dengan analisis sosial. “Rumusannya, bagi saya, yaitu Gereja ingin berakar baik dalam budaya maupun dalam kehidupan sosial-politik, Gereja yang hidup, mekar dan berbuah,” jelasnya.
Mgr Suharyo berharap, perangkat pastoral mesti menjabarkan hal-hal tersebut dalam konteks pelayanan, dan terus dikembangkan. Dalam konteks sosial-politik-budaya, Keuskupan Bandung selama ini telah menawarkan spiritualitas orang Samaria – wanita Samaria dan orang Samaria yang baik hati. Perangkat pastoral harus selalu mencari jalan untuk mengaktualisasikan cita-cita itu, kapanpun dan di manapun.
Norben Syukur
HIDUP NO.33, 17 Agustus 2014