web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mgr Johannes Pujasumarta : Padusan, Bangunan Persaudaraan Sejati

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Padusan menjadi simbol pembersihan diri sebelum berjumpa dengan Tuhan. Penataan ulang kawasan ziarah Sendangsono mengajak umat membangun persaudaraan sejati.

Kata adus dalam bahasa Jawa berarti mandi, maka kata padusan berarti tempat mandi. Dalam tradisi Jawa, orang menggunakan air untuk membersihkan atau menyucikan diri sebelum bertemu Tuhan. Maka, penempatan padusan di kawasan ziarah Sendangsono merupakan bentuk penghormatan iman Katolik kepada budaya lokal. Membersihkan diri juga dipercaya sebagai satu langkah mempersiapkan hati untuk berjumpa dengan Tuhan.

Berikut petikan wawancara HIDUP melalui surat elektronik dengan Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta, Senin, 2/6:

Mengapa dibangun padusan di kompleks ziarah Sendangsono?

Di mata air yang terletak di dekat pohon sono, di kawasan Sendangsono, konon para pejalan kaki, para bikhu Buddha, singgah di tempat ini untuk istirahat sejenak. Mereka minum, membasuh kaki, dan membersihkan diri, agar kuat melanjutkan perjalanan. Di tempat itulah RP Franciscus Georgius Josephus Van Lith SJ atau yang dikenal Romo Van Lith membaptis 171 orang pada 14 Desember 1904. Dua puluh lima tahun kemudian setelah peristiwa pembaptisan itu, Pastor Kepala Paroki St Yusup Boro, Kulonprogo, kala itu, RP Johannes Baptist Prennthaler SJ meresmikan tempat ziarah, Gua Maria Lourdes Sendangsono.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Gua Maria ini juga mengingatkan umat kepada peristiwa penampakan Bunda Maria kepada Bernadette Soubirous (1858). Pada penampakan kedelapan, Rabu, 24 Februari 1858, Bunda Maria menyampaikan pesan kepada Bernadette, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah! Berdoalah kepada Allah untuk para pendosa. Ciumlah tanah sebagai tindakan pertobatan untuk para pendosa!“ Dari tanah tempat penampakan Bunda Maria itu, Bernadette minum air. Air itu pun mengalir terus sampai sekarang.

Apakah padusan ini memiliki arti khusus?

Padusan adalah tempat untuk mandi. Kebutuhan mandi adalah kebutuhan manusiawi yang muncul dari keinginan manusia agar bersih. Supaya bersih, manusia mandi. Meskipun mereka mengetahui bahwa setelah mandi, tentu akan kotor lagi. Manusia perlu mandi secara fisik, maupun secara rohani. Pada saat tertentu ketika manusia belum mampu mandi sendiri, orang lain akan memandikan. Dan ketika manusia tidak berdaya lagi untuk mandi, maka orang lain yang memandikan. Begitu pula pada saat meninggal, orang akan dimandikan sehingga bersih saat menghadap Tuhan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Dalam Gereja Katolik fungsi air dikenal sejak kejadian dunia sampai akhir ketika seluruh manusia berada dalam “Kota Abadi, Yerusalem Surgawi”. Air diciptakan Allah untuk menyuburkan tanah. Air bah didatangkan untuk membersihkan bumi dari kejahatan dan dosa. Melalui air Laut Merah, bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, dan diantar masuk ke Tanah Terjanji.

Dengan air di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis membaptis Yesus, dan pada peristiwa pembaptisan Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah. Dengan air pula kita dibaptis dan dalam Yesus Anak Allah, kita menjadi anak-anak Allah. Kita juga membarui janji baptis dengan direciki air. Dengan air pula, kita menandai diri sembari membuat tanda salib.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Apa harapan dengan penataan ulang tempat ziarah Sendangsono?

Penataan ulang Sendangsono muncul dari keprihatinan beberapa sarana yang rusak dan tak terawat. Melalui penataan ulang ini, peziarah dapat melakukan ibadah jalan salib yang dipercaya sebagai pengantar dalam memperoleh kehidupan sejati. Sehingga umat Katolik dapat beriman secara cerdas, tangguh, dan misioner. Melalui proses ini pula, umat Katolik diajak membangun persaudaraan sejati dengan siapapun yang berkehendak baik, maupun yang tak berkehendak baik. Semoga dengan demikian Allah semakin dimuliakan dalam upaya melestarikan kehidupan.

Aprianita Ganadi

HIDUP NO.24, 15 Juni 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles