web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Protestan Memandang Maria

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dua ribu tahun silam, Maria menjawab “Ya” pada rencana Allah. Di antara semua perempuan, Maria dipilih Allah untuk mengandung Yesus, Sang Juru Selamat. Penghormatan pada Maria tak hanya monopoli Gereja Katolik, melainkan juga Orthodoks, Anglikan dan Protestan. Penghormatan ini tak pernah menggantikan penyembahan pada Allah. Bagaimana Protestan memandang Maria?

Rektor Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta sekaligus Dosen Sistematika STT Jakarta, Pdt Joas Adiprasetya memaparkan, protestanisme bukan kelompok tunggal, tapi secara umum dibagi dua. Pertama, yang secara positif menerima dan mengakui eksis tensi unik Maria dalam sejarah keselamatan. Martin Luther bisa mewakili kelompok ini. Kedua, yang menolak peran unik Maria. Maria tetap dihormati, tapi tak punya tempat khusus. Ini diwakili Jean Calvin.

“Di Indonesia, sebagian besar Gereja Kristen termasuk Calvinisme. Ada juga aliran Lutheran, meski biasanya sudah percampuran Lutheran dan Calvinis. Calvinisme di Indonesia begitu kuat, hingga sikap Protestan terhadap Maria tak terlalu menonjol,” jelas Pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pondok Indah, Jakarta ini.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Menurutnya, beberapa doktrin dasar Maria diterima Luther, misal: Bunda Kristus, Ibu Yesus, Terlahir tanpa Noda, Tetap Perawan bahkan setelah melahirkan. Luther memegang prinsip finitum capax infiniti (yang terbatas mampu mengandung, merangkul yang tak terbatas). Bagi Luther, Kristus tetap Sang Penyelamat yang dihadirkan lewat Maria. “Tapi Maria bukan yang menghadirkan keselamatan, hanya Kristus!” tandasnya.

Lain halnya dengan Calvin yang berprinsip finitum non capax infiniti. Calvin tak percaya, Maria punya peran efektif apa pun–hanya Kristus satu-satunya mediator. Maka Gereja Protestan hanya mengakui Maria sebagai orang baik yang dipilih Allah sebagai Ibu Yesus.

Meski demikian, Pdt Joas menengarai, penghargaan pada Maria mulai berkembang dalam protestantisme global akhir-akhir ini. Tiap kelompok punya cara menghayati iman secara berbeda. Namun penghayatan itu muncul karena pentingnya Kristus. Maria diakui dan dihormati sebagai Bunda Kristus, Ibu Yesus. “Banyak muncul Mariologi di luar Indonesia. Cukup banyak juga buku-buku yang menunjukkan teologi Protestan tentang Maria. Perkembangan kedepan, saya rasa akan lebih positif untuk mengapresiasi Maria, terutama Kristen tradisional. Devosi itu personal sekali,” bebernya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Secara pribadi, ia mengaku menjunjung tinggi Maria. “Saya memakai ikon, Maria Ibu Yesus dari Gereja Orthodoks, yang menunjuk bayi Yesus. Ketika saya berdoa (Protestan: saat teduh), saya menggunakan ikon Andrei Rublev tentang Trinitas dan ikon Maria menggendong bayi Yesus. Menunjuk itu ikon, yaitu ikon tentang ikon. Maria itu ikon keselamatan yang menunjuk pada Kristus, peran manusia menunjuk Kristus. Sebagai manusia, kita manusia pun menjadi ikon bagi Sang Ikon. Maria dalam seluruh narasi Kitab Suci ditunjukkan selalu mengarahkan pada Kristus. Itulah yang membuat saya terpesona. Sikap hormat saya pada Maria karena saya memahami peran manusia yang menunjuk pada Kristus. Itulah yang diperdalam atau diperkaya Maria. Prinsipnya harus tetap berdoa pada Allah, bersama Maria,” tutur Pdt Joas.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sementara Ketua Persekutuan Gereja- gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt Solfianus Remias mengungkapkan, Maria ialah Ibu Yesus. Ia gadis desa yang dipilih Allah untuk mengandung Yesus sehingga punya kedudukan istimewa dibandingkan perempuan lain. “Ketika Maria berkata: Terjadilah padaku sesuai dengan kehendak-Mu”, ungkapan itu sungguh dari seorang yang mempertaruhkan hidupnya demi Kristus. Artinya, Maria telah selesai dengan dirinya,” ungkap Pdt Nus –sapaanya.

Baginya, Maria siap menerima apa pun yang Tuhan inginkan. “Saya termasuk orang yang menghormati Maria. Ia tetap tenang. Inilah sikap penyerahan dirinya. Ia hidup untuk Kristus. Tuhan menggunakan Maria sebagai model. Maria selesai dengan dirinya dan dipakai Tuhan untuk ambil bagian serta memiliki peran dalam karya keselamatan Kristus,” tandas Pdt Nus.

Maria Pertiwi

HIDUP NO.21, 25 Mei 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles