HIDUPKATOLIK.com – Allah menjelma menjadi manusia adalah esensi ajaran Kristen. Yesus dari Nazareth adalah wahyu terakhir yang sempurna.
Menyeruak satu dilema yang di hadapi untuk menjelaskan ke- Allah-an sekaligus kemanusiaan Yesus. Di satu pihak, rumusan ini merupakan ungkapan iman. ”Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3). Sering kita mendengar pendapat, ”Pengakuan iman komunitas Katolik tentu saja tak bisa di evaluasi dengan standar rumusan iman dari komunitas lain yang berbeda.” Atau ungkapan yang lebih emosional, ”Pengakuan iman kok diperdebatkan; mana bisa?” Di lain pihak, hal ini tidak boleh jatuh melulu menjadi semacam ’puisi’ yang tak mampu menjawab kritik historis dan literalis. Artinya, bagaimana penjelasan iman ini tetap mampu di pahami oleh mereka yang tidak seiman atau sealiran? Lalu, bagaimana penjelasannya?
Misteri inkarnasi Yesus, Allah menjelma menjadi manusia, merupakan esensi ajaran Kristen. Sabda Allah yang kekal mengambil rupa manusia dan sekaligus menjadi manusia. Meski demikian, iman Kristen tak pernah meng-ilahi-kan semua manusia. Ungkapan ’Putra Allah’ menunjuk asal-usul Yesus yang ilahi. Rumusan teologis iman Kristen juga tak menunjuk ’Putra’ ini sebagai asal-usul biologis. Oleh karena itu, ada kemiripan antara Konsili Lateran IV (1215) dengan Surat Al Ikhlash dalam Al-Qur’ān. Konsili Lateran IV merumuskan, ”Realitas ini (kodrat ilahi) tidak melahirkan dan tidak juga dilahirkan”. Sementara Surat Al Ikhlash 3 mengatakan, ”(Allah) tiada beranak dan tiada pula diperanakkan” (lamyalid wa lam yūlad). Meski harus diberi catatan, dalam penjelasan yang lebih detil, keduanya memiliki konteks yang berbeda.
Seorang Muslim percaya, firman Allah (kallam Allāh) bersifat kekal di dalam Allah (kallam nafsī), bahkan identik dengan esensi-Nya. Firman ini diturunkan dalam bentuk Qur’ān, ’Firman Allah yang menjelma menjadi Kitab’ (kallam lafzī, yaitu Qur’ān yang ditulis dan dibaca). Iman Kristen juga mengakui, Yesus adalah Sabda Allah (kalimat Allāh); dengan demikian Dia abadi didalam Allah. Sabda Abadi tidak berwujud dalam Kitab Suci, tetapi dalam wujud manusia (ṣārainsānan). Iman Kristen mengakui, Yesus dari Nazareth adalah Wahyu terakhir dan sempurna dari Allah dalam sejarah manusia. (Alm) Prof Harun Nasution mengutip kalimat berikut, ”Sabda Tuhan dalam Islam menjelma menjadi Al-Qur’ān, sedangkan dalam agama Kristen Sabda Tuhan menjelma menjadi Yesus” (Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, 2010, hal.20)
Gregorius Soetomo SJ
HIDUP NO.15 2014, 13 April 2014