HIDUPKATOLIK.com – Solo atau Spirit of Loving Others. Inilah semangat dasar sekumpulan Orang Muda Katolik (OMK) di daerah Sragen, Jawa Tengah yang tergabung dalam Komunitas Omah Poenakawan.
Catholic Jeepers : Musisi Piyu Padi (baju hitam) touring bersama komunitas Omah Poenakawan. ORANG orang muda ini bermarkas di sebuah bangunan arsitektural karya Romo Y.B. Mangunwijaya, yakni Gereja Paroki St Maria Fatima Sragen, Jawa Tengah. Paroki ini masuk Kevikepan Surakarta. Posisi paroki ini berada di ujung timur Surakarta, berbatasan dengan Jawa Timur.
Komunitas Omah Poenakawan berdiri pada 2013. Nama Omah Poenakawan diambil dari khazanah budaya Jawa. Omah berarti Rumah Poenakawan bila dipisah menjadi Poenak, dibaca “penak” dan kawan. Berarti rumah yang enak untuk berkawan.
Mengacu pada cerita pewayangan, para Poenakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, kerap dihadirkan sebagai “mitra”, teman seperjalanan para ksatria. Mereka hadir dengan sederhana. Mereka juga menyuarakan kritik sosial. Inilah yang juga menjadi harapan Omah Poenakawan; menjadi “mitra”, sahabat seperjalanan bagi semua orang yang mencintai terang, yang iluminata et illuminatrix, yang cerah dan sekaligus mencerahkan!
Catholic Jeepers
Omah Poenakawan mendapat embrio dari sekelompok OMK di kawasan Sragen yang gemar mengendarai Jeep Wyllis. Mereka kerap berkumpul dan blusukan di sekitar Solo dan Sragen sembari berwisata kuliner di warung angkringan pinggir jalan atau yang sering disebut warung HIK. Di atas meja warung yang sederhana tersaji nasi yang dibungkus kecil-kecil dengan berbagai lauk, seperti tahu, tempe bacem, kerupuk, serta rambak.
Mereka tak hanya berwisata kuliner. Mereka juga kerap melakukan touring bersama ke stasi, mengunjungi pelbagai gereja, dan berziarah ke gua Maria. Menurut Andreas Verru, seorang jeepers, beberapa Jeep Wyllis tua dengan atribut bendera Vatikan ini menjadi teman seperjalanan bagi cikal bakal komunitas Omah Poenakawan untuk semakin menumbuhkan citarasa kekatolikan dengan semangat persaudaraan. Beberapa seniman dan artis Katolik, seperti Arswendo Atmowiloto, Adi Kurdi, Didiek SSS, Didiek Nini Thowok, Hudson, Astutie, dan Lisa A. Riyanto pernah mengikuti touring bersama Catholic Jeepers ini. Para seniman dan artis itu pernah merasakan kehangatan orang-orang muda yang berhimpun dalam Omah Poenakawan.
Trilogi “HIK”
Pastor Rekan Paroki Sragen, RD Jost Kokoh Prihatanto memberi tantangan supaya anggota Omah Poenakawan bisa lebih berbagi “HIK”. HIK yang dimaksud adalah harapan, iman, dan kasih secara nyata bagi banyak orang. Pada pertengahan 2013, sekelompok jeepers dan OMK Paroki Sragen, Yoseph Aji, Tibertius Putut, Danar, Bayu, Nanang, Dyah April, dan Ninok, mulai mengaransemen lagu dan menyusun album rohani dengan menggunakan alat musik akustik.
Menurut Yoseph Aji, pembiayaan album perdana, yang diambil dari satu judul buku Romo Jost Kokoh, TTM-Tribute To Mary (album lagu-lagu Bunda Maria) ini, dikerjakan dengan iuran sukarela. Album TTM adalah bagian pertama dari trilogi “HIK” yang merupakan buah karya orisinal dari komunitas Omah Poenakawan, yakni Pacem in Terris-Pacem in Cordis (album lagu- lagu Natal), serta Berkah Dalem (album lagu rohani populer).
Tim musik Omah Poenakawan senantiasa berpartisipasi dalam memeriahkan aneka acara kekeluargaan di Solo dan sekitarnya, antara lain Ekaristi Sumpah Pemuda di Gereja Purbayan, Penutupan Tahun Iman 2013, Launching Buku Walikota Solo F.X. Rudy Rudyatmo di Loji Gandrung Solo, serta Perayaan Natal Kota Sragen bersama TNI-Polri dan Muspida di GOR Diponegoro. Bahkan, mereka juga pernah tampil bersama penyanyi Citra Skolastika di Paragon Mall, Lisa A. Riyanto di Graha Wisata, Sisi Idol di Orient, dan Piyu Padi di Taman Budaya Solo.
Katolik imanku
Selain mengisi acara-acara besar, komunitas Omah Poenakawan juga belajar berbagi harapan, iman, dan kasih, terlebih kepada mereka yang miskin dan tersingkir. Spirit ini dituangkan dalam tulisan di kaos yang selalu dikenakan setiap kali berkonvoi dengan Jeep Wyllis; “Merah darahku, Putih tulangku, Katolik imanku”.
Berlandaskan semangat iman dan kebangsaan, mereka tak sungkan turun ke bawah, tampil dan ikut memeriahkan acara di penjara, panti jompo, dan panti asuhan. Bahkan, sebulan sekali pada hari Minggu keempat, mereka mengisi renungan “Oase Rohani Katolik” di Radio Metta FM Solo selama satu jam dengan lagu-lagu ciptaan mereka.
Menurut Leo Agung W., didasari keprihatinan akan kaderisasi yang kurang, beberapa OMK Paroki Sragen yang tergabung dalam komunitas Omah Poenakawan, dibantu seorang frater Tahun Orientasi Pastoral, mulai belajar memberi pelatihan, seperti retret, rekoleksi, dan pelatihan kepemimpinan. Mereka juga melakukan pendampingan di sekolah, antara lain SMA Regina Pacis Ursulin, SMA St Yosef Pangudi Luhur, SMP-SMA Xaverius, dan beberapa sekolah negeri.
Mardhani Listyo, anggota Omah Poenakawan yang khusus membantu bidang pewartaan iman, mengelola facebook Omah Poenakawan dan membantu selebaran mingguan. Selain itu, ia juga rutin menyebarluaskan renungan rohani dari bacaan liturgi harian yang bertajuk “HIK”- Hidangan Istimewa Kristiani, lewat pelbagai jejaring sosial dan blackberry messenger.
Komunitas Omah Poenakawan memiliki spirit untuk senantiasa menyebarkan kekayaan iman kristiani dengan cara kekinian. Hal ini didasari keprihatinan semakin berkurangnya kualitas iman orang Katolik di tengah pelbagai tantangan zaman. Ite inflammate omnia! Pergilah dan kobarkanlah api Tuhan bagi dunia!
Putut Lingga Wisnu
HIDUP NO.09 2014, 2 Maret 2014