HIDUPKATOLIK.com – Sukabumi menjadi tonggak sejarah Keuskupan Bogor. Gereja diharapkan hadir dan lebih menyapa budaya lokal serta menjalin dialog kehidupan bersama umat beragama lain.
Bayi bernama Alfred Pierre Yean Eugine Auguste menjadi baptisan pertama di Gereja St Joseph, Sukabumi. Ia dibaptis oleh RD MYD Claessens pada Selasa, 10 September 1889. Bayi mungil itu seperti menjadi tonggak perkembangan Gereja Katolik di Sukabumi, karena tujuh tahun berselang berdiri pastoran sederhana di tepi Jalan Cipelang Gede, saat ini menjadi Gedung Bank Jawa Barat.
Setelah 30 tahun lebih, tanah misi ini dilanjutkan RP H. Looymans SJ. Semenjak itu, misi diemban para Jesuit. Tapi pada 1941, tanah misi ini diserahkan kepada imam-imam Fransiskan.
Perkembangan iman umat kian meningkat. Jumlah umat pun semakin bertambah. Hingga pada 9 Desember 1948, Sukabumi menjadi prefektur apostolik. RP Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise OFM diangkat menjadi prefek apostolik. Wilayah Prefektur Apostolik Sukabumi meliputi Karesidenan Banten dan Karesidenan Bogor.
Pada saat Vatikan mengakui pendirian hirarki Gereja Katolik Indonesia, 3 Januari 1961, status Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkat menjadi keuskupan. Namun pusat keuskupan dipindah dari Sukabumi ke Bogor, dan RP Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise OFM di angkat menjadi Uskup Bogor.
Selama dua tahun, Mgr Geise pernah menetap di daerah Baduy di Kampung Cipeureun, Banten. Ia menggelar penelitian program doktoral di bidang Antropologi. Komunitas masyarakat Baduy merupakan kelompok masyarakat Sunda yang masih memegang ketat budaya dan adat istiadat leluhurnya. Warisan relasi Mgr Geise dengan masyarakat Baduy ini masih terus dilanjutkan oleh umat di Paroki St Maria Tak Bernoda Rangkasbitung.
Karya Mgr Harsono
Masa penggembalaan Mgr Geise berakhir pada 30 Januari 1975. Pada saat itu pula, diangkat Uskup Bogor yang baru, Mgr Ignatius Harsono. Mgr Harsono menjadi gembala Keuskupan Bogor selama 18 tahun. Selama berkarya Mgr Harsono mewariskan beragam karya, seperti Buku Anggaran Dewan Paroki Keuskupan Bogor, pembentukan Kerasulan Marriage Encounter (ME) dan Persekutuan Doa Karismatik Katolik, membentuk UNIO Keuskupan Bogor, serta membuka Balai Latihan Ketrampilan sebagai pengganti sekolah pendidikan guru Mardi Yuana Suka bumi.
Karena alasan kesehatan, Mgr Harsono mengajukan pengunduran diri sebagai uskup. Pengajuan itu pun direstui Vatikan pada 17 Juli 1993. Keuskupan Bogor pun mengalami sede vacante. Selama hampir satu tahun, umat Keuskupan Bogor digembalakan Administrator Apostolik Mgr Leo Soekoto SJ, yang kala itu juga menjadi Uskup Agung Ja karta.
Cita-cita umat
Baru pada 10 Juni 1994, Paus Yohanes Paulus II memilih RP Michael Cosmas Angkur OFM sebagai Uskup Bogor. Karena umat Keuskupan Bogor terus bertambah, Mgr Angkur pun membentuk koordinasi, baik teritorial maupun kategorial. Sampai tahun 2012, umat Keuskupan Bogor tercatat mencapai 83.406 jiwa yang tersebar di 21 paroki.
Pada Sinode Keuskupan Bogor 2002, ada enam hal utama yang menjadi cita-cita umat. Pertama, membangun komunitas basis menuju Gereja yang merasul. Kedua, meningkatkan mutu para pelayan umat; awam, hidup bakti, dan klerus. Ketiga, meninjau kembali karya-karya pastoral di Keuskupan Bogor agar lebih relevan dengan perkembangan masyarakat. Keempat, pengenalan dan pemahaman budaya Sunda, Banten, dan Betawi, serta agama Islam dan agama lain, agar terwujud dialog kehidupan yang lebih baik. Kelima, penataan organisasi dan penerapan manajemen pastoral yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Dan keenam, menyiapkan serta mendayagunakan sarana-sarana yang memadai untuk berpastoral.
Saat ini, di Keuskupan Bogor berkarya 56 imam diosesan, 22 imam Fransiskan, dua imam Serikat Sabda Allah, dan dua imam Jesuit. Di keuskupan ini juga berkembang sebuah lembaga religius baru, Carmilitae Sancti Eliae atau CSE yang di dirikan RP Yohanes Indra Kusuma CSE.
Pastoral kreatif
Pada 21 November tahun lalu, pengajuan purna karya Mgr Angkur sebagai Uskup Bogor dikabulkan Paus Fransiskus. Pada saat yang bersamaan diangkat Uskup Bogor yang baru, yaitu Mgr Paskalis Bruno Syukur. Kini tongkat penggembalaan Keuskupan Bogor akan dilanjutkan Mgr Paskalis.
Kepala Paroki St Joseph Sukabumi RD Petrus Jimmy Jakson Rampengan ber harap, uskup yang baru memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan iman umat di daerah selatan hingga barat, seperti daerah Sukabumi, Lebak, dan Pandeglang. Inkulturasi dengan budaya dan menjalin dialog kehidupan dengan umat beragama lain, terutama Islam, menjadi jalan keharusan agar Gereja bisa
Mula-mula misi di Keuskupan Bogor berkembang lantaran karya pendidikan. Melalui dunia pendidikan, Gereja Katolik bisa diterima masyarakat. Namun saat ini, ujar Romo Jimmy, karya pendidikan bukanlah sarana satu-satunya. Diperlukan upaya-upaya kreatif untuk hadir dalam masyarakat. Wilayah Keuskupan Bogor memiliki potensi wisata yang banyak. “Gereja Katolik sebenarnya bisa mulai berkarya dalam dunia pariwisata ini sebagai bagian dari karya pastoral,” ujar Romo Jimmy.
Y. Prayogo
Laporan: Yanuari Marwanto
HIDUP NO.08 2014, 23 Februari 2014