web page hit counter
Sabtu, 21 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Pasutri Chrys – Lely: Masalah Terbesar: Menganggap Tidak Ada Masalah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – MENGENAKAN busana daerah khas Yogyakarta, pasutri Koordinator Nasional (Kornas) gerakan ME Indonesia, Christian Setiawan dan Bernadet Lely (Chris-Lely) dengan ramah menerima dan menyambut para tamu yang hadir untuk mengikuti Sidang Dewan Nasional Marriage Encounter (Denas ME). Keduanya juga berjalan-jalan menyapa para tamu mengajak menikmati suasana reunian yang kental dengan suasana khas Yogyayakarta. Sore itu, 25/10/2023 di RPCB Syantikara, Yogyakarta, HIDUP juga hadir di antara mereka dan ikut menikmati kehangatan suasana yang akrab bersahabat itu.

Penyalaan lilin tanda pembukaan Sidang Dewan Nasional ME Ke-50 oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyanto.

Worldwide Marriage Encounter (WWME) sebagai gerakan nirlaba Katolik mempunyai enam sekretariat dunia: Amerika Utara dan Karibia, Amerika Latin, Eropa, Pan Afrika, Asia dan Pasifik. WWME dikoordinir oleh International Ecclecial Team. Setiap Ecclecial Team terdiri dari sepasang suami-istri dan seorang imam.

Di tingkat benua juga terdapat Ecclecial Team yang mengoordinir National Ecclecial Team (NET) di negara-negara dalam benua. Indonesia berada dalam sekretariat Asia dan dikoordinir oleh Asian Ecclecial Team (AET) yang mengoordinir NET di 12 negara (Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, Korea, Japan, China, Taiwan, UAE & Oman, India, Bangladesh, Srilangka). NET selanjutnya mengoordinir Zone Ecclecial Team (ZET) di distrik atau wilayah dalam negara tersebut.

WWME Indonesia mempunyai peran penting dalam pastoral keluarga untuk Gereja. Hal ini diwujudkan dengan  pendampingan keluarga berkelanjutan di setiap paroki dalam keuskupan di Indonesia. Saat ini NET Indonesia adalah pasutri Chris-Lely bersama Romo Andy Gunardi. Sidang Asian Conference ke-48 di Kuala Lumpur memilihnya menjadi AET. Karena itu, Sidang Dewan Nasional Indonesia di Yogyakarta memilih Romo Y. Aristanto H. Setiawan, MSF menggantikannya.

Baca Juga:  Vitamin dan Suplemen untuk Lansia: Apa yang Perlu Diperhatikan?

Awal Keterlibatan

Chris-Lely mulai bergabung dengan Gerakan ME sejak mengikuti rekoleksi week-end Original Jakarta A258 pada bulan November 2003. Aktivitas itu kemudian berkembang dan mereka akhirnya menjadi tim ME sejak Februari 2011. Makin berkembang lagi, mereka terpilih menjadi Koordinator Distrik (Kordis) I Jakarta (2019-2021). Terakhir sejak 2022 menjadi Kornas ME Indonesia.

Saat ditanyakan alasan bergabung dengan WWME dikatakan mereka, “Sebenarnya sejak usia perkawinan 5 tahun banyak sahabat menawarkan ikut week-end ME ini. Tapi kami tidak berminat, karena perkawinan kami tidak ada masalah. Namun, saat kami mengikuti week-end ME baru kami sadar. Ternyata masalah terbesar kami adalah menganggap kami tidak ada masalah”.

Hal itu juga dialami oleh banyak pasutri lainnya. Namun, mereka menyikapinya dengan syukur. “Kami sungguh bersyukur karena kesadaran itu membuat relasi kami bisa intim kembali. Week-end ME itu mendorong kami untuk membagikan rahmat yang kami dapatkan kepada orang lain,” paparnya lagi. Komunikasi pasutri merupakan fokus pelayanan dan warna cara dialog untuk menyampaikan perasaan bagi pasutri dan para imam.

Di hampir 100 negara seluruh dunia, gerakan ME dituntun oleh visi dan misi ini. “Kami selalu mengingatkan rekan-rekan tim di seluruh Indonesia bahwa pilar week end adalah pelayanan utama (main service) ME. Tugas kami untuk melakukan pendampingan berkelanjutan seumur hidup kepada para pasangan suami istri dan imam setelah mereka mengikuti week end ME,” ujarnya.

Baca Juga:  Mengambil Makna di Balik Kemeriahan HUT Ke-75 RS Brayat Minulya Surakarta

Saat ini kehidupan banyak keluarga sedang tidak baik-baik saja. Kemajuan zaman menawarkan banyak kemudahan dan fasilitas. Selain itu, kemudahan mengakses informasi juga membawa tantangan tersendiri bagi kehidupan berkeluarga. Situasi ini yang ditemukan oleh Chris-Lely saat mengawali tugas sebagai Kornas ME. Dalam perjalanan waktu, mereka mendapat kesempatan mengunjungi distrik atau wilayah di beberapa kota.

“Dari perjumpaan dengan koordinator dan komunitas setempat kami bisa merasakan tantangan yang dihadapi keluarga di sana. Saat ini banyak keluarga muda yang sedang berjuang membangun pondasi ekonomi. Namun, mereka melupakan pentingnya komunikasi yang menjadi sendi utama pondasi kehidupan berkeluarga. Kondisi inilah yang menjadi tantangan dalam reksa pastoral keluarga melalui ME,” paparnya.

Dalam perjalanan ke setiap wilayah kerja ME, hal yang pertama dilakukan adalah berjumpa dengan uskup setempat. Hal ini disebabkan karena gerakan ME berjalan bersama Gereja dalam pastoral keluarga. Syukur kepada Allah, saat ini dalam pastoral keluarga, ME tidak berjalan sendiri. Bersama Komisi Keluarga, ME dan para sahabat dari kelompok kategorial lain, yang mempunyai warna gerakan masing-masing, bersatu membentuk warna indah Gereja Katolik Indonesia.

Idealisme Pelayanan

Dalam hidup perkawinan ada banyak hal yang dianggap tabu untuk diketahui orang lain. Kondisi ini juga ditemukan dalam pelayanan ME. Maka weekend ME memberi ruang privat bagi pasutri untuk berhenti sejenak, berefleksi dan terhubung kembali secara pribadi. Tidak ada kewajiban untuk membagikan pergulatan relasi dalam keluarga kepada orang lain. Namun, ada ciri khas gerakan ME yaitu adanya bina lanjut pendampingan keluarga-keluarga pasca mereka mengikuti weekend. Upaya pendampingan seumur hidup ini efektif membawa harapan untuk meneguhkan perjuangan keluarga-keluarga di Indonesia. Selain itu, juga optimal dan sangat membantu keluarga muda dengan usia perkawinan di bawah 15 tahun yang masih sangat labil.

Baca Juga:  Rayakan 50 Tahun Imamat, Mgr. Petrus Turang: Selama Ada Kelekatan Diri Sendiri, Kita Akan Mengalami Kekecewaan

Gerakan ME tidak bisa berjalan sendiri, harus berjalan bersama hierarki Gereja. Hal ini memperkuat formasi pasutri dan keluarganya. Untuk menjalankan misi memperjuangkan Sakramen Perkawinan dan Sakramen Imamat sebagai sarana keselamatan maka dukungan hierarki Gereja mutlak diperlukan. Harapannya semakin banyak pasangan suami-istri dan Imam yang bisa mengalami pengalaman week end ME.

Chris-Lely telah menempuh perjalanan bersama dengan leader dan komunitas seluruh Indonesia. “Kami percaya pada visi gerakan “Cintailah sesamamu seperti Aku mencintaimu” yang diterjemahkan dalam misi “Menyatakan nilai-nilai perkawinan dan imamat dalam Gereja dan di seluruh dunia,” katanya ketika ditanya tentang idealisme apa yang dibawa sebagai Kornas dalam menjalankan tugas.

“WWME Indonesia memanggil pasangan suami istri dan imam untuk mengikuti teladan Yesus. Kami menawarkan pengalaman perjumpaan suami-istri secara pribadi yang akan membantu Anda untuk mendengarkan, berbagi dan terhubung secara lebih mendalam supaya dapat belajar lebih mencintai, bertumbuh dan untuk menjadi pasangan yang terbaik membawa keluarga semakin kuat,” ujar Chris-Lely.

Veronika Naning (Kontributor, Yogyakarta)

Majalah HIDUP, Edisi No. 47, Tahun Ke-77, Minggu, 19 November 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles