HIDUPKATOLIK.com – Beberapa suster asal Kongo dari Kongregasi The Daughters of Our Lady of Mercy of Savona sempat disandera oleh kelompok bersenjata di Ngaoundaye, sebuah kota kecil di ujung barat laut Republik Afrika Tengah, 4 April lalu. Setelah dilepaskan, para suster ini memberikan kesaksian kepada Pastor Aurelio Gazzera OCD, seorang misionaris Karmelit asal Italia yang berkarya di Bozoum, sebuah kota di sebelah tenggara Ngaoundaye. “Beberapa suster misionaris yang sedang menuju ke arah perbatasan menggunakan mobil van, tiba-tiba dicegat dalam perjalanan oleh 30 orang bersenjata. Komplotan bersenjata itu memaksa para suster mengikuti mereka masuk ke Ngaoundaye, yang terletak di daerah sekitar perbatasan Republik Afrika Tengah dengan Chad dan Kamerun,†ungkap Pastor Gazzera, seperti dilansir Agenzia Fides (6/4).
Meski informasi dari para suster tersebut tidak begitu lengkap, Pastor Gazzera memastikan bahwa komplotan yang disinyalir merupakan para kombatan pemberontak Selaka telah membuat kekacauan di Ngaoundaye. Mereka memporak-porandakan banyak rumah, termasuk dua misi Katolik di daerah itu. Dua misi Katolik ini merupakan karya para imam misionaris Kapusin dan para suster misionaris asal Polandia dari Kongregasi Divine Charity of Saint Giovanna Antida Thouret. Aksi brutal para kombatan tersebut memakan korban setidaknya empat orang tewas.
Situasi di Ngaoundaye akhirnya mereda berkat datangnya Minusca, pasukan misi perdamaian di bawah bendera PBB yang bertugas di Republik Afrika Tengah. Ditengarai kuat bahwa kelompok bersenjata tersebut ingin memanfaatkan arus keluar-masuk barang di sekitar perbatasan Kamerun untuk kepentingan mereka. Mereka juga ingin mengambil keuntungan dari keberadaan pasar yang besar di wilayah perbatasan tersebut. Namun, dengan hadirnya Minusca di daerah itu, diharapkan bahwa wilayah perbatasan di barat laut mendapat jaminan keamanan dari misi perdamaian PBB terhadap ancaman para kombatan Seleka.
R.B.E. Agung Nugroho