web page hit counter
Kamis, 16 Januari 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sembelit: Kenali Gejala, Penyebab dan Penanganannya

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Konstipasi atau sembelit, adalah kondisi umum yang sering kali dikeluhkan oleh pasien dari berbagai kelompok usia. Sebagian besar kasus konstipasi dikelola secara mandiri oleh pasien melalui penggunaan obat pencahar/laksatif yang tersedia bebas di pasaran, serta modifikasi pola makan dan gaya hidup. Namun benarkah bahwa konstipasi “ hanya” sekedar sulit buang air besar? Apakah konstipasi merupakan gejala ringan yang hanya disebabkan karena kurangnya serat?

Banyak miskonsepsi yang muncul di masyarakat, antara lain pandangan bahwa konstipasi merupakan proses “autointoxication” dimana tubuh menyerap zat beracun dalam tinja. Sebagian besar masyarakat juga masih mendapatkan informasi yang kurang tepat dengan anjuran untuk minum banyak dapat mengatasi konstipasi yang dialami. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi pasien untuk mendapatkan edukasi dalam pemilihan terapi yang tepat, agar konstipasi dapat ditangani dengan baik.

  1. Konstipasi, apa penyebabnya?

Penyebab paling umum pada konstipasi adalah tinja yang bergerak sangat lamban pada saluran pencernaan sehingga menjadi keras dan kering dan tidak dapat dikeluar kan secara efektif dari rektum. Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

  1. Pola makan rendah serat: Asupan serat yang rendah menyebabkan massa feses yang kecil dan keras.
  2. Kurangnya aktivitas fisik: Aktivitas fisik yang kurang dapat memperlambat motilitas usus.
  3. Dehidrasi: Kekurangan cairan membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
  4. Perubahan gaya hidup atau kebiasaan: Seperti saat bepergian, perubahan pola makan, atau stres.
  5. Penggunaan obat-obatan: Seperti opioid, antikolinergik, dan suplemen zat besi.
Baca Juga:  Gay dalam Imamat Katolik? Ahli Hukum Gereja: Homoseksual Tetap Tidak Diizinkan Menjadi Imam

Selain faktor faktor diatas, terdapat faktor risiko yang juga berkontribusi pada konstipasi yaitu  usia lanjut, jenis kelamin wanita, riwayat penyakit gastrointestinal, dan kondisi medis tertentu seperti diabetes mellitus serta hipotiroidisme.

Pencegahan Konstipasi tanpa penggunaan Obat obatan

Pencegahan konstipasi dapat dilakukan tanpa penggunaan obat, yaitu melalui:

  1. Peningkatan asupan serat: Konsumsi 20-35 gram serat per hari dari sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
  2. Minum cukup cairan: Minimal 8 gelas air per hari.
  3. Aktivitas fisik rutin: Seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari.
  4. Mengatur jadwal buang air besar: Melatih tubuh untuk buang air besar pada waktu yang sama setiap hari

Pilihan Terapi Untuk Pengobatan Konstipasi

Baca Juga:  Gay dalam Imamat Katolik? Ahli Hukum Gereja: Homoseksual Tetap Tidak Diizinkan Menjadi Imam

Terapi farmakologi yang umum digunakan untuk konstipasi meliputi:

  1. Laksatif osmotik: Seperti polyethylene glycol (PEG).
  2. Laksatif stimulant: Seperti bisakodil (dulcolax), untuk  meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien konstipasi.
  • Bisakodil oral: Dosis awal 5 mg, dapat ditingkatkan hingga 10 mg jika diperlukan. Sebaiknya diminum pada malam hari agar buang air besar terjadi di pagi hari.
  • Bisakodil suppositoria: Dosis 10 mg, bekerja dalam 15-60 menit setelah pemberian

Efek samping yang umum dari penggunaan laksatif meliputi kram perut, diare, dan   ketidakseimbangan elektrolit. Penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan dapat          menyebabkan ketergantungan, sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap      rangsangan alami

Walaupun beberapa  obat untuk sembelit dapat dibeli bebas di Apotek, namun untuk mencegah terjadinya efek samping dan kesalahan pemilihan terapi, maka sebaiknya pasien datang ke apotek untuk berkonsultasi dengan apoteker.

Baca Juga:  Gay dalam Imamat Katolik? Ahli Hukum Gereja: Homoseksual Tetap Tidak Diizinkan Menjadi Imam

Apoteker akan menggali informasi sebelum merekomendasikan terapi, antara lain, gejala lain yang menyertai dan juga riwayat medis yang menjadi pertimbangan pemilihan terapi.

Edukasi pasien oleh apoteker dalam swamedikasi konstipasi sangat penting untuk mencegah penggunaan obat yang tidak rasional dan meningkatkan efektivitas terapi. Dengan memberikan informasi yang tepat mengenai penyebab konstipasi, pilihan terapi, serta perubahan gaya hidup yang diperlukan, apoteker dapat membantu pasien mengelola konstipasi dengan aman dan efektif.

Datanglah ke Apotek dan berkonsultasi dengan Apoteker untuk mendapatkan obat yang tepat. Untuk konsultasi dan pelayanan hantar obat, dapat menghubungi Apotek Atma Jaya di WA di no 0813-8862-4544

Oleh Dr. apt. Lusy Noviani, MM
Kepala Apotek Atma Jaya dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles