HIDUPKATOLIK.COM – Pastor Jacobus! Biasanya pada Hari Raya Natal kami merayakan Misa Kudus hanya sekali saja, yaitu pukul 20.00 WIB pada tanggal 24 Desember di gereja. Esoknya kami sekeluarga tidak pergi ke gereja. Namun kakek saya tidak setuju, ia ingin agar pada tanggal 25 Desember pun kami pergi ke gereja. Kakek yang mengalami liturgi sebelum Konsili Vatikan II mengatakan hanya Misa Malam Natal belum cukup. Mohon penjelasan, Pastor. Terima kasih.
Robertus, Surabaya
MISA Natal merupakan “Hari Raya,” berbeda dengan Misa Minggu Biasa. Untuk merayakan Natal, Missale Romanum memberi empat nama Misa.
Pertama, tanggal 24 Desember dirayakan Misa Vigili Natal (Ad Missam in Vigilia), boleh diterjemahkan dengan Misa Sore Menjelang Hari Raya Natal. Bacaan-bacaannya: Yes. 62:15; Kis. 13:16-17, 22-25; Mat. 1:1-25. Dengan melihat Antifon Pembuka Misa Vigili memberi kesan masih bernada antisipatif, artinya bersiap menyongsong kelahiran Yesus: “Hari ini kamu akan tahu bahwa Tuhan akan datang menyelamatkan kita, dan besok pagi akan kamu saksikan kemuliaan-Nya” (bdk. Kel. 16:6-7). Kendatipun demikian, dengan Doa Kolekta dan Doa Persiapan Persembahan Misa ini, tema penebusan dan penyelamatan sudah disebut.
Maka, Misa Vigili sudah termasuk kategori Hari Raya Natal. Misa Vigili Natal merupakan buah pembaruan liturgi paska Konsili Vatikan II. Liturgi kita selalu diperbarui selaras dengan Gereja sendiri yang terus menerus diperbarui sesuai dengan tuntutan zaman.
Kedua, setelah Misa Vigili dirayakan Misa Malam (Ad Missam in Nocte). Bacaan-bacaannya: Yes. 9:1-6; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14. Misa ini semula dirayakan tengah malam, transisi ke 25 Desember. Seperti para gembala yang berjaga ketika semua orang tidur, kita pun berhimpun di gereja untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus.
Kekhasan Misa ini dinyanyikan Kalenda (Maklumat Natal) sesudah Kata Pengantar dan sebelum “Kemuliaan” menggantikan “Saya mengaku … ” dan “Kyrie” dalam struktur Ritus Pembuka. Dengan menyanyikan Maklumat Natal mengingatkan kita akan dimensi historis kelahiran Kristus Yesus. Dia sungguh-sungguh hadir sebagai manusia pada masa penjajahan Romawi di bawah Kaisar Agustus.
Ketiga, pada tanggal 25 Desember dirayakan Misa Fajar (Ad Missam in Aurora). Bacaan-bacaannya: Yes. 62:11-12; Tit. 3:4-7; Luk. 2:15-20. Misa Fajar mengingatkan kita akan reaksi para gembala yang melihat penampakan para malaikat yang mewartakan kelahiran Kristus Yesus pada malam hari. Sebelum fajar para gembala bergegas ke Betlehem mencari bayi Yesus yang baru saja lahir seperti dikatakan malaikat.
Keempat, Misa Siang (Ad Missam in Die). Bacaan-bacaannya: Yes. 52:6-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18. Misa Siang mengacu pada terang sinar matahari yang gemilang, melambangkan kemuliaan Putra Tunggal Allah. Namanya Misa Siang, tetapi bisa dirayakan hingga petang.
Bacaan-bacaan untuk keempat Misa Hari Raya Natal sama untuk setiap tahun. Tiga Misa yang terakhir merupakan warisan kuno tradisi Liturgi Romawi (lih. C.H. Suryanugraha, OSC. 2021. Natal dan Paskah. Yogyakarta: 2021, 36-48).
Mengingat bahwa masing-masing Misa dari keempat Misa Natal sudah merupakan perayaan Hari Raya, maka umat telah memenuhi kewajibannya dengan hanya mengikuti Misa Malam Natal.
Secara khusus, setiap imam boleh merayakan keempat Misa Natal, entah sebagai selebran, entah sebagai konselebran. Dengan mengikuti semua Misa Natal, kita pun dapat mencicipi secara utuh bacaan-bacaan Sabda Tuhan tentang kelahiran Sang Penebus yang begitu berlimpah dalam keempat Misa tersebut. Sesudah merayakan salah satu dari keempat Misa ini, kita pun boleh mengucapkan: SELAMAT HARI RAYA NATAL!
Pastor Jacobus Tarigan
Alumnus Universitas Gregoriana, Roma
Dosen Liturgika STF Driyarkara Jakarta
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 49, Tahun Ke-78, Minggu, 8 Desember 2024