HIDUPKATOLIK.COM— SEBELAS hari sebelum saudarai maut menjemput Uskup Emeritus Keuskupan Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM, HIDUP berkesempatan berbincang dengannya pada saat momen penutupan perayaan HUT Ke-75 Keuskupan Bogor di Gereja Santo Joseph Paroki Sukabumi pada Sabtu, 7 Desember 2024. Sebelum wawancara, beberapa kali ia menepuk dadanya sembari terbatuk-batuk. Matanya terlihat sayu dan ia mengaku merasa lelah karena menjalani perjalanan jauh dari Labuan Bajo. Namun demikian, ia tetap bersemangat membagikan sukacitanya. Kelahiran Lewur, 4 Januari 1937 ini masih memiliki ingatan yang tajam. Bahkan ia masih ingat artikel dan renungan-renungan yang pernah ia kirimkan kepada Redaksi HIDUP. Dengan suara maskulin serak khasnya, ia pun menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Berikut petikan percakapan terakhir HIDUP dengannya:
BACA JUGA: Kisah Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM Pernah Menjadi Ketua DPRD II Kabupaten Jayawijaya
Bagaimana Monsinyur melihat perkembangan Keuskupan Bogor?
Saya masuk Bogor tahun 1960 dan Gereja masuk ke sini tahun 1941. Waktu itu Bogor masih menjadi bagian kesatuan dari Gereja di Sukabumi. Tahun 1957 ditahbiskan jadi imam, tahun 1994 jadi uskup, dan menjadi Fransiskan sudah 63 tahun lebih. Jadi sekarang, saya anggota paling senior di Gereja Indonesia sebagai uskup.
Saya datang sebagai uskup di Keuskupan Bogor pada masa transisi antara misionaris Belanda dengan mulainya imam orang Indonesia. Tantangan masa transisi itu pertama, Konsili Vatikan II membawa perubahan Gereja dari bentuk lama ke baru, di mana para misionaris sudah keluar sehingga Gereja Indonesia harus berjuang sendiri sebagai Gereja Lokal dan itu yang membuat Gereja hidup. Ada 10 imam Indonesia di Bogor pada saat itu. Kemudian kedua, bagaimana menjawab kebutuhan zaman itu. Kebutuhan paling pokok di sini adalah hadir di tengah orang-orang yang tidak beriman Katolik, tetapi mau membangun kerja sama dengan mereka.
Oleh karena itu, kita membuka sekolah-sekolah campur di Jawa Barat, terutama di Keuskupan Bogor, di mana anak Katolik dan Muslim belajar berdampingan. Mgr. Paskalis sekarang mulai membagun ‘Gerakan Doa’, itu bagus! Namun, tetap perhatikan bagaimana kita bisa terus hadir bagi saudara Muslim kita. Ini semua agar mewujudkan kesatuan!
Bagaimana cara OMK bisa mewujudkan kesatuan itu?
Saya memakai kesatuan, tetapi pendahulu saya mengambil motto Bahasa Sunda “Sadayana Ngahiji” ‘Semua Menuju Kesatuan’. Tuntutan itu juga buat orang muda, tidak bisa tidak!. Anak muda zaman sekarang itu ditantang begitu banyak tawaran dari dunia modern, banyak yang terjebak, mereka lebih dekat dengan HP daripada teman, maka Gereja harus masuk di situ supaya anak muda tak lupa hidup berdampingan dengan sesamanya di dunia nyata. Anak muda tidak boleh menyendiri, harus bersatu!
Karena itu, Keuskupan Bogor berkembang sangat pesat, katakanlah 30 tahun terakhir ini, karena anak mudanya tidak menyendiri, tetapi mau bersatu. Kalau anak muda tidak mau menjadi kesatuan, mereka akan kehilangan kesempatan. Kesempatan di sini maksudnya kesempatan menemukan pasangan hidup seiman. Sekarang kan setengah mati cari pacar yang seiman, artinya, kesempatan itu adalah jangan orang muda terhibur dengan kesempatan yang “hanya angin lalu” tapi bangun koneksi dengan OMK lain dan tentu punya semangat toleransi dengan yang lain.
Ada pesan khusus untuk Keuskupan Bogor?
Keuskupan Bogor maju karena semangat “Sadayana Ngahiji” itu. Maka jaga selalu itu! Majunya keuskupan ini juga bukan kerja satu orang saja, tapi hasil karya bersama dengan Jesuit, Fransiskan, Projo (diosesan), dan tarekat-tarekat lain. Jadi keliatan ya, pentingnya menjaga api kesatuan, tidak bisa ditawar! OMNES IN UNITATEM.
Pesannya tentang merawat persatuan dengan sesama saudara seiman dan masyarakat menjadi pengingat penting agar Gereja Katolik di Indonesia menjadi mercusuar cinta kasih dan kebhinekaan. Sepanjang hidupnya, ia telah membaktikan diri dalam semangat kerendahan hatinya dan kini ia mendorong orang muda untuk melanjutkannya. Selamat Jalan Mgr.Cosmas, teladanmu senantiasa harum mewangi.
Felicia Permata Hanggu dari Sukabumi