HIDUPKATOLIK.COM – LANGIT Kota Surakarta, Jawa Tengah, pagi hari itu, Minggu, 10 November 2024, agak gelap. Sinar matahari tak mampu menembus awan abu-abu kehitaman yang menghiasinya. Hawa pun terasa lembap. Bahkan gerimis sempat menyapa ratusan orang berkaos biru yang telah memadati pelataran SMP Marsudirini St. Theresia di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, sejak pukul 05:30 WIB.
Mereka adalah direksi, staf medis, dan karyawan RS Brayat Minulya (RSBM) Surakarta beserta keluarga. Kehadiran mereka di sana bukan tanpa sebab. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, mereka – anak, remaja, dewasa, dan orang tua – ingin merasakan keguyuban lewat kegiatan napak tilas, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Yubileum Ke-75 RSBM Surakarta.
“Dulu di sini ada poliklinik kecil yang merupakan cikal bakal dari RSBM Surakarta. Dan hari ini kita berjalan bersama untuk mengenang lahirnya RSBM Surakarta dan para pendahulu kita yang telah bekerja keras membuat perkembangan. Rumah sakit ini sudah besar dan megah serta bertingkat,” ujar Direktur Utama RSBM Surakarta, Cahyo Hadi Premono.
Jarak tempuh napak tilas mulai dari pelataran sekolah tersebut sampai halaman belakang RSBM Surakarta mencapai sekitar lima kilometer, salah satunya melewati Jl. Slamet Riyadi. Pagi hari itu, jalan protokol ini tak hanya dipadati peserta napak tilas tetapi juga masyarakat umum yang ingin memanfaatkan momen car free day, sebuah gerakan untuk meningkatkan kualitas udara dan mendorong interaksi sosial yang telah dimulai oleh pemerintah setempat sejak tahun 2009.
Meski terbilang jauh, peserta mengaku senang dapat berperan serta dalam kegiatan napak tilas. Salah satunya Ayu Paramita Putri, kini berusia 32 tahun. Ia bahkan membawa serta anak bungsunya yang berumur 3,5 tahun. “Kegiatan ini luar biasa, membuat kami sehat,” ujar ibu tiga anak yang suaminya bekerja sebagai satpam di RSBM Surakarta ini. Ia sendiri pernah bekerja di rumah sakit yang sama, tepatnya dapur gizi, selama tiga tahun. Namun ia mengundurkan diri sejak menikah pada tahun 2014.
Senada, Margaretha Sukanti, yang telah bekerja sebagai petugas cleaning service di RSBM Surakarta selama 19 tahun, juga merasa senang dapat mengikuti kegiatan napak tilas bersama suami dan seorang anaknya. Ia berharap rumah sakit yang telah berusia senja ini semakin maju. “Kesejahteraan karyawan juga semakin meningkat,” ujarnya, sambil tersenyum.
Penerang Kegelapan
Menurut Ketua Panitia, Stefanus Ary Kurniawan, rangkaian kegiatan dalam rangka Yubileum Ke-75 RSBM Surakarta berlangsung selama satu tahun, mulai sejak tanggal 8 Desember 2023. Penandanya adalah pemotongan tumpeng seusai Perayaan Ekaristi bersama seluruh staf medis dan karyawan di aula rumah sakit.
“Bersama Bunda Maria Melangkah Dalam Pengharapan untuk Keselamatan Manusia” adalah temanya. “HUT RSBM Surakarta bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Kami, sebagai umat Allah, bersyukur atas kerahiman Allah Bapa dan penebusan Yesus Kristus dan menaruh pengharapan kepada Bunda Maria supaya oleh karena iman dan teladan Bunda Maria kami diselamatkan dan boleh berbahagia di surga,” ujar Ary, yang juga berprofesi sebagai dokter gigi.
RSBM Surakarta meneladani Bunda Maria yang senantiasa mengandalkan penyelenggaraan Allah. “Kami selalu berusaha membawa keselamatan bukan hanya raga melainkan juga jiwa. Seperti Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya, gambaran harapan keselamatan paripurna. Pasien yang datang ke rumah sakit mendapat pelayanan yang baik demi kesembuhan raga dan jiwa,” imbuhnya.
Selain itu, sebuah semboyan turut menyemarakkan rangkaian kegiatan, yakni “Urip iku Urup” (Hidup itu Menyala), sebuah folosofi Jawa yang mengajarkan bahwa hidup tak sekadar eksistensi melainkan juga harus bermanfaat bagi orang lain, layaknya api yang menerangi kegelapan. Singkatnya, filosofi ini mengandung makna bahwa seseorang harus menggunakan hidupnya untuk memberikan cahaya kebaikan dan manfaat bagi sesama. “Harapannya, semakin bertambahnya umur semakin bermanfaat bagi Gereja dan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara Jatayu menjadi logo perayaan Yubileum Ke-75 RSBM Surakarta. Dalam cerita Ramayana, Jatayu, sebagai seekor burung garuda yang sakti, terlibat dalam pertarungan dengan Rahwana saat berusaha menyelamatkan Shinta. Jatayu akhirnya kalah dan tewas terbunuh oleh Rahwana, yang terlebih dahulu memotong salah satu sayapnya. “Ada satu gambaran pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Ada ketulusan hati Jatayu untuk menyelamatkan Shinta. Ketulusan hati dan pengorbanannya untuk menolong yang ingin kami tonjolkan. RSBM Surakarta berusaha sekuat tenaga dengan ketulusan hati dan semangat rela berkorban untuk menolong sesama,” ujar Ary.
Katharina Reny Lestari dari Surakarta
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 49, Tahun Ke-78, Minggu, 8 Desember 2024