web page hit counter
Kamis, 5 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup dan Keuskupan Baru Labuan Bajo: Bersukacita dan Bergembiralah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – GAUDETE et Exsultate (Bersukacita dan Bergembiralah), demikian judul Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 19 Maret 2018. Seruan itu menggema dalam hati umat Katolik Keuskupan Labuan Bajo, Manggarai Barat dan umat Katolik Keuskupan Ruteng, Manggarai Timur, NTT. Mungkin juga umat Katolik di berbagai wilayah Indonesia. Bersyukur dan berterima kasih atas berdirinya keuskupan ke-38 di Indonesia, berikut pentahbisan Mgr. Maksimus Regus (51) sebagai uskup pertama, Jumat, 1 November 2024.

2. Mgr. Maksimus Regus menempati kursi katedral (cathedra) Keuskupan Labuan Bajo. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Gaudete et exsultate terekspresi selain dalam hati juga dalam kemeriahan acara. Pagi itu wajah-wajah ceria dan ramah ada di mana-mana. Kegembiraan dan kemegahan terlihat selama Perayaan Ekaristi tahbisan, juga dalam Misa Pontifikal esok harinya, 2 November yang dipimpin uskup baru. Dan, tentu resepsi ramah tamah seusai setiap acara liturgis. Umat Keuskupan Labuan Bajo layak bersukacita dan bergembira. Bersyukur dan berterima kasih. Memiliki seorang uskup asli putra daerah, Todo – Manggarai, lahir 23 September 1973 — yang mendalami teologi dan sosiologi, yang menjadi modal awal penggembalaannya, pribadi dan pemimpin umat yang  “berbau kawanan domba-dombanya”.

Kegembiraan itu di antaranya dimulai dari kesigapan pembentukan panitia, begitu ada kepastian terbentuknya Keuskupan Labuan Bajo sekaligus pengangkatan/penunjukan Pastor Maksimus Regus sebagai uskup terpilih, pada 21 Juni 2024. Pembentukan panitia menambahkan ungkapan kegembiraan, selain berbagai bentuk ekspresi (bukan euforia berlebihan) yang dikonsep untuk bersyukur dan bergembira bersama. Juga dan lebih penting adalah kelancaran acara Vesper Agung, 31 Oktober,  Tahbisan, dan Misa Pontifikal, 2 November.

Kelengkapan apresiasi dan kegembiraan demi kepentingan perhelatan ini, antara lain dengan pada  Jumat 1 November, seluruh sekolah di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, diliburkan. Vesper Agung dan Misa Pontifikal di Gereja Paroki Katedral Roh Kudus, sedangkan Misa Tahbisan diselenggarakan di Gereja St. Petrus, Sernaru, Labuan Bajo.

Baca Juga:  Dengan Cara Apa Gereja Senantiasa Dibarui
Uskup Terpilih, Mgr. Maksimus Regus berada bersama para imam sebelum naik ke altar untuk mengikuti puncak pentahbisan. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Pada Jumat, 1 November pagi riuhnya umat memasuki halaman Gereja St. Petrus — padahal masih satu jam acara dimulai — menunjukkan besarnya entusiasme. Tidak adanya aparat keamanan berseragam bersiaga dengan laras panjang di jalan maupun di lokasi acara, tanda bahwa semua ditangani umat sendiri; menunjukkan betapa kondisi aman-nyaman sangat terkendali. Kesan yang sama juga  terlihat di pertigaan jalan utama menuju gereja, kecuali adanya tiga personel aparat keamanan mengatur kelancaran lalu lintas. Bahkan hanya beberapa hari ada di Labuan Bajo, orang segera dihadapkan kenyataan sedikitnya aparat keamanan berseliweran di jalan, tempat rekreasi atau obyek wisata. Di Labuan Bajo tidak ada tukang parkir, tidak ada peminta-minta. “Karena mereka diminta menyingkir dulu demi acara ini?”. “Tidak. Ini memang keadaan sehari-hari. Aman,” tukas Andro, driver yang menangani transportasi turis.

Ratusan imam yang hadir dalam acara tahbisan. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Setengah jam sebelum tahbisan dimulai, Gereja Sernaru sudah penuh. Umat duduk rapih dengan separuh ruang dalam sudah terisi umat dengan urutan undangan terhormat, rohaniwan, dan biarawan. Praktis lantai satu penuh, juga balkon. Hadir di antaranya Menteri KumHAM Natalius Pigai dan Dirjen Bimas Katolik, Suparman. Sementara di halaman, ratusan umat duduk di kursi dibawah tenda sebagai pelindung panas teriknya matahari. Umat suntuk-tertunduk. Prosesi dengan urutan uskup terpilih, diikuti Sekretaris Nuncio Pastor Michael Andrew Pawlowicszl, Kardinal Ignatius Suharyo dan lebih dari 37 uskup termasuk yang emeritus, serta ratusan imam di belakangnya, masuk ke gereja dengan iringan tarian dan lagu rohani daerah. Semua bersyukur Kevikepan Labuan Bajo ditetapkan menjadi keuskupan, pemekaran Keuskupan Ruteng lewat keputusan Takhta Suci Vatikan, 21 Juni 2024.

Baca Juga:  Mgr. Yuwono: Menjadi Suster Berarti Sudah Disegel Setia Sampai Akhir Hayat

Harus Mulai dari Nol

Dengan tahbisan ini, Romo Maksimus Regus resmi sebagai uskup (penilik) pertama Keuskupan Labuan Bajo. Ia menjadi peletak fondasi keuskupan baru. Motto pelayanan yang dia pilih sebagai mercusuar dan dasar penggembalaan, Ut Mundus Salvetur per Ipsum (Supaya Dunia Diselamatkan oleh-Nya) yang dikutip dari Injil Yohanes 3:17. Pentahbis Utama, Kardinal Suharyo sedangkan Uskup Agung Ende, Mgr. Paul Budi Kleden, SVD dan Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat sebagai pentahbis pendamping.

Mgr. Maksimus Regus memperhatikan Surat Keputusan Pengangkatan dari Paus Fransiskus yang diperlihatkan oleh Sekretris Kedutaan Vatikan untuk Indonesia.

Kehadiran keuskupan ke-38 muncul dari gagasan pemekaran Keuskupan Ruteng, Manggarai Timur ke Manggarai Barat dalam sinode III Keuskupan Ruteng tahun 2013-2015. Gagasan dilatarbelakangi kompleksya peluang, tantangan pastoral dan strategisnya posisi Labuan Bajo. Gagasan ditindaklanjuti dengan surat usulan yang disampaikan Mgr. Siprianus Hormat, selaku Uskup Ruteng, yang memohon pemekaran Keuskupan Ruteng. Surat disampaikan ke Propaganda Fide tahun 2021. Tahun 2022, Propaganda Fide menerima usulan pemekaran. Tanggal 21 Juni 2024, Tahta Suci Vatikan memilih/mengangkat Romo Maksimus Regus sebagai uskup yang melayani sekitar 200.000 umat dari sekitar 290.000 jumlah total penduduk Kabupaten Manggarai Barat.

Mgr. Maksi — sapaan Mgr. Maksimur Regus — kepada media, mengatakan akan berpikir menempatkan Keuskupan Labuan Bajo dalam konteks perubahan besar Labuan Bajo sebagai pintu masuk pariwisata. Banyak sekali kebijakan yang perlu muncul untuk mendukung perubahan. Dengan Labuan Bajo sebagai salah satu dari lima Destinasi Wisata Superprioritas Nasional sejak 15 Juli 2019, ia melihat aura modernitas mulai terasa, kehadiran hotel-hotel megah dan para turis bisa berdampak baik dan positif bagi penduduk. Warga masyarakat jangan sampai dijadikan penonton.

Baca Juga:  Tarakanita Ajak Peserta Didik Berbagi untuk Sesama
Uskup Penahbis Utama, Kardinal Ignatius Suharyo (tengah), Mgr. Paulus Budi Kleden SVD (kiri) dan Mgr. Siprianus Hormat (kanan)

Menurut Mgr. Maksi dalam sambutan sebelum penutupan Perayaan Ekaristi tahbisan, keuskupan baru berarti berangkat dari nol (zeroth), walaupun sudah relatif mandiri dengan status kevikepan. Perlu ada kerja sama sinodal dengan keuskupan lain, selain dengan Keuskupan Ruteng juga dengan keuskupan-keuskupan senior lainnya. Seperti ditegaskan dalam Kitab Hukum Kanonik, landasan legal penggembalaan, keuskupan-keuskupan perlu bekerja sama dalam mengembangkan diri. Sebagai gembala utama, Mgr. Maksi ingin menghadirkan Gereja yang ramah dan menampilkan nilai-nilai unggul.

Para uskup yang hadir berfoto bersama Mgr. Maksimus Regus (memegang tongkat) (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Sebelumnya dalam homili, Ketua KWI, Mgr. Antonius Subiyanto Bunyamin, OSC mengingatkan tentang panggilan kekudusan sesuai dengan kutipan Injil hari itu. Panggilan menjadi kudus bukan nanti setelah mati, tetapi harus menjadi gaya hidup saat ini. Para kudus di surga, menjadi orang kudus — jumlahnya lebih dari 10.000 —telah menjadi orang kudus di dunia. Kekudusan telah menjadi aktivitas mereka sehari-hari. Berdasar Injil Matius 25:1-12a, demikian Mgr. Anton, Paus Fransiskus sudah menunjukkan jalan seperti tertulis dalam Gaudete et Exsultate. Bahwa panggilan kekudusan harus diwujudkan dengan tindakan bela rasa bagi mereka yang paling hina. Akarnya kasih. Jangan berpikir yang besar-besar, mulailah dari yang sederhana.

Mgr. Maksimus Regus (kiri) memimpin Misa Pontifikal di Katedral Labuan Bajo. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Sulung dari lima bersaudara dari suami-istri Viktor dan Teresia, Mgr. Maksi ditahbiskan sebagai imam Keuskupan Ruteng 10 Agustus 2001. Sesudahnya ia menangani berbagai pelayanan kategorial keuskupan, dosen, dekan dan kemudian Rektor Universitas Katolik St. Paulus, Ruteng (2023-2024). Lulus S1 dari STFK (sekarang IFTK) Ledalero, Maumere, S2 Sosiologi FISIP UI, S3 Universitas Rotterdam Erasmus dan Universitas Katolik Tilburg.

St. Sularto dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 47, Minggu, 24 November 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles