HIDUPKATOLIK.COM – Keuskupan Sibolga, Sumatera Utara tergolong unik dalam tanda petik. Keuskupan ini hanya terdiri dari dua dekenat. Satu dekenat berada di daratan Pulau Sumatera yaitu Dekenat Tapanuli, sedang satu dekenat lain di Pulau Nias, Dekanat Nias. Paroki-paroki di Keuskupan ini juga tersebar di dua provinsi, Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam. Saat ini Dekenat Tapanuli diemban Pastor Roberd Simatupang, sedangkan Dekanat Nias diemban Pastor Pastor Petrus Umar Sumardi, OSC. Keduanya tentu saja terlibat aktif dalam persiapan, proses hingga akhir Sinode III Keuskupan Sibolga yang digelar di Gunungsitoli, Nias, pada tanggal 15-18 Oktober 2024.
Bagi Pastor Roberd Simatupang, Sinode III adalah momentum yang sangat berharga. “Sungguh bersyukur kepada Tuhan bahwa Sinode III telah terlaksana dengan baik dan lancar,” ujarnya saat ditanya beberapa waktu lalu setelah Sinode berakhir.
Pastor Paroki St. Maria Bunda Padangsidempuan, Tapanuli Tengah ini menerangkan bahwa Sinode ini adalah keberlanjutan dari Sinode I (2009) dan Sinode II (2015). “Peristiwa Sinode III ini membawa kami pada kenangan kepada dua uskup pendahulu, Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFMCap dan Mgr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap. Keduanya telah membangun fondasi reksa pastoral yang kuat. Saat ini Gereja Keuskupan Sibolga bersinode dengan gembala utamanya Mgr. Fransiskus Sinaga. Sinode III kini mengembangkan lagi semangat pendahuu melalui visinya: berakar dalam iman, bertumbuh dalam persekutuan dan berbuah dalam kesaksian,” ujarnya.
“Rasa gembira, haru dan bangga menyaksikan Gereja Keuskupan Sibolga yang hadir dalam diri peserta sinode, mulai dari bapa uskup, klerus, biarawan-biarawati, petugas pastoral awam dan para tokoh umat. Semua tampak bersatu sebagai saudara dalam Kristus,” katanya.
Ia mengatakan, semenjak Uskup memutuskan untuk mengadakan Sinode III dan dibawakan dalam rapat Dewan Imam, disepakati perlunya melihat kembali perjalanan pastoral sejak dari Sinode I dan II. Evaluasi sangat penting untuk Sinode III. Salah satu evaluasi dibuat melalui penelitian Litbang Keuskupan. “Dengan hasil penelitian itu, sedikit banyak kami bisa melihat sebagian gambaran karya pastoral yang ada sejak Sinode I dan II. Pelaksanaan Musyawarah Pastoral di tingkat Komunitas Basis Gerejawi (KBG) semakin menambah bahan penting dalam Sinode III. Semua tahapan itu menjadi inspirasi dalam perumusan visi Keuskupan Sibolga” ujarnya.
Meski dirancang sederhana, namun menurut Roberd Simatupang, pelaksanaan Sinode III berlangsung dengan kualitas yang tinggi dan penuh makna. Proses sinode berjalan tertib dan lancar berkat kerja keras sleuruh panitia dan para pihak yang terlibat di dalammnya. Di atas semuanya, bawah tuntunan Roh Kudus yang mempersatukan seluruh peserta.
Dikatakannya, sebagai Dekanus, di atas kertas hasil sinode sudah ada. Visi dan misi keuskupan sudah dirumuskan dengan baik. Ini menjadi pijakan, semangat dasar dan sekaligus menjadi tantangan pastoral ke depan.
“Kualitas para pelayan dan pelayanan mesti ditingkatkan. Bersama Uskup, para petugas pastoral klerus dan awam serta seluruh umat, berjalan bersama membangun Gereja Keuskupan Sibolga. Di hadapan kita tantangan pastoral semakin kompleks maka perlu kerjas ama yang solid dan pastoral yang kreatif sehingga Gereja sungguh menjadi Gereja yang hidup,” imbuhnya.
Perlu Fokus
Rasa syukur atas berlangsungnya Sinode III ini juga diamni Pastor Petrus Umar Sumardi, OSC selaku Dekanus Dekenat Nias. “Bila ditanya bagaimana perasaan, pertama-tama saya bersyukur bahwa Sinode III Keuskupan Sibolga telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang menjadi harapan Uskup, ini yang paling penting,” katanya.
Lebih lanjut, Pastor Paroki St. Petrus Sirombu, Nias Barat ini mengungkapkan bahwa Panitia Sinode III menunjukkan kerja sama yang solid, dengan peran berbeda, telah mampu melihat, mengevaluasi dan menentukan poin-poin penting dalam kebersamaan.
Ia mengatakan, Panitia Sinode telah mampu melihat dan menemukan proses perjalanan Sinode I dan II sebagai jembatan penghubung yang menghantar peserta pada materi-materi Sinode III. Melibatkan partisipasi umat dari tingkat Komunitas Basis Gerejawi (KBG), stasi dan paroki menjadi sumber dan modal yang sangat berarti dalam proses Sinode III sehingga bisa berjalan dengan lancar.
Di mata Pastor Petrus, proses Sinode sangat memuaskan. “Saya merasa puas karena makna sinodalitas atau berjalan bersama sangat terasa. Hal ini bisa dibuktikan dengan sambutan hangat dari umat mulai dari KBG, stasi hingga paroki. Semuanya merespons positif panduan Panitia Sinode, baik melalui survei maupun penggunaan buku pedoman bermusyawarah pastoral di komunitas. Survei dan evaluasi sudah menjadi habitus uma Keuskupan Sibolga. Umat di komunitas ikutserta terlibat, sehingga sinodalitas benar-benar terwujud,” katanya lebih jauh.
Pastor Petrus mengharapkan hasil sinode janganlah dijadikan menjadi dokumen yang disimpan, tetapi dapat berakar, bertumbuh dan berbuah dalam kesaksian hidup menggereja. Visi dan misi, hendaknya dijadikan menu pastoral yang selalu hadir di setiap kesempatan di mana umat beriman berkumpul sehingga sinodalitas diterapkan dan dihidupkan di tingkat akar rumput, para petugas pastoral, komunitas religius, lembaga-lembaga karitatif, komisi, biro, lembaga dan dekenat. Terpenting lagi, buah-buah Sinode harus menjadi milik seluruh umat.
Pastor Petus berharap, hasil Sionde dapat diterjemahankan ke dalam bahasa yang mudah dimengerti, bahasa yang menyentuh perasaaan, situasi dan kondisi umat. “Sangat baik bila ada fokus dan target dalam tahun pertama, tahun kedua, ketiga dan seterusnya. Lima pilar Gereja sebagai pondasi pastoral, diterjemahkan dalam program dan kegiatan akan dapat diukur tingkat keberhasilannya sehingga hasil Sinode akan berdaya guna, bila semangat sinodalitas sunggguh menjadi spirit kita bersama, mendengarkan bersama dan berjalan bersama,” ujarnya.
Pastor Dedy Padang/Hadamean Tumanggor dari Sibolga
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 45, Tahun Ke-78, Minggu, 10 November 2024