HIDUPKATOLIK.COM – GEREJA Katolik Keuskupan Sibolga menggelar Sinode III di Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara, pada 15 –18 Oktober 2024, bertempat di Hotel Soliga. Sinode ini diawali dengan Perayaan Ekaristi di Gereja Kon-Katedral Bunda Para Bangsa Gunungsitoli, dipimpin Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga dan dilanjutkan dengan seremoni pembukaan.
Dalam hari-hari Sinode selanjutnya para peserta bersharing dan berevaluasi tentang karya pastoral yang telah dijalankan dalam hasil sinode II yang akhirnya melahirkan strategi pastoral yang memperkuat iman umat Gereja Keuskupan Sibolga dengan tema Sinode: “Bersekutu dalam Iman dan Berbuah dalam Kesaksian”. Dalam proses alur sinode III, umat ikutserta terlibat melalui musyawarah pastoral mulai dari tingkat basis sampai paroki perihal lima pilar Gereja.
Sinode berlangsung dengan partisipasi aktif dari 176 peserta yang terdiri atas Uskup, para imam, para pimpinan ordo/tarekat/kongregasi yang berkarya di Keuskupan Sibolga, biarawan-biarawati, dan perwakilan umat dari seluruh paroki.
Proses Sinode
Dalam catatan pengantar, Pastor Gregorius Fau, OFMCap., sebagai Ketua Sinode III, memberikan pengantar tentang tahapan proses sinode, tujuan, serta hasil evaluasi program pastoral Sinode I dan II. Ia juga membahas rekomendasi musyawarah pastoral Keuskupan dari tahun 2015 hingga 2023, termasuk persiapan penelitian tim Litbang, dan rekomendasi dari Komunitas Basis Gerejani (KBG) hingga tingkat paroki.
Selanjutnya, dua narasumber memberikan masukan berharga kepada peserta sidang, yakni: Pastor Yohanes Haryatmoko, SJ dengan materi “Sinodalitas: Implementasi dan Tantangannya di Era Digital” dan Pastor Alfonsus Very Ara dengan materi “Pemahaman Lima Pilar Gereja”.
Pada hari kedua, Pusat Pastoral (PUSPAS) menyampaikan hasil penelitian tentang pemahaman dan implementasi 5 Pilar Gereja di Keuskupan Sibolga serta potret KBG pasca Sinode II. Penelitian ini bertujuan merefleksikan penghayatan umat akan Liturgi, Pewartaan, Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian. Sedangkan hasil penelitian perihal potret KBG post Sinode II disampaikan bahwa KBG memberikan kontribusi positif bagi penguatan iman dan kebersamaan di paroki. Namun, terdapat beberapa tantangan yang perlu ditangani, seperti pelatihan kepemimpinan dan strategi keterlibatan yang lebih inklusif.
Sidang pertama membahas masalah pokok dari setiap pilar Gereja dengan Pastor Mikael Runggu Sitanggang sebagai fasilitator. Para peserta terbagi dalam 10 kelompok diskusi. Setiap pilar dibahas dalam dua kelompok diskusi untuk menemukan masalah-masalah pokok. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan dalam sidang pleno, dan peserta diberi kesempatan menyampaikan pandangan mereka. Akhirnya, dua masalah pokok dari setiap pilar ditetapkan. Setelah masalah pokok ditetapkan oleh pleno, dilanjutkan dengan diskusi tentang sebab-sebab kunci dari masalah tersebut. Demikian dinamika di hari ketiga sehingga peserta menetapkan rumusan masalah-masalah pokok dan sebab-sebab kunci dari setiap pilar.
Lima Bidang
Hasil Sinode ini menetapkan berbagai masalah pokok yang dihadapi di lima bidang penting, yaitu Liturgi, Pewartaan, Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian. Dalam setiap bidang, ditemukan tantangan pokok yang membutuhkan perhatian dan solusi berkelanjutan.
Pada bidang Liturgi, keterampilan dan pemahaman petugas pastoral dalam memimpin perayaan liturgi tanpa imam dianggap masih kurang memadai. Umat juga dinilai kurang memahami makna dari setiap perayaan liturgi. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan katekese berkelanjutan agar perayaan liturgi semakin hidup dan bermakna.
Bidang Pewartaan menunjukkan bahwa masih kurangnya keterampilan petugas pastoral dalam menyampaikan ajaran Gereja, khususnya dalam bahasa lokal seperti Nias dan Batak. Selain itu, umat Katolik di Keuskupan Sibolga diakui belum cukup mendalami ajaran Gereja. Pengajaran dan pendampingan iman sejak dini dalam keluarga dipandang perlu ditingkatkan untuk memperkokoh iman mereka.
Di bidang Persekutuan, keterlibatan umat dalam kehidupan bersama masih perlu dibina, begitu pula kemampuan kepemimpinan petugas pastoral yang harus terus dikembangkan. Penanaman nilai-nilai kekatolikan di lingkungan keluarga juga mendapat perhatian khusus untuk mempererat keharmonisan di antara umat.
Pelayanan juga menghadapi tantangan, terutama dalam aspek solidaritas dan ekonomi umat. Umat diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam membantu sesama, sementara peningkatan keterampilan wirausaha bagi umat diharapkan dapat membantu memperkuat perekonomian keluarga Katolik.
Terakhir, di bidang Kesaksian ditemukan bahwa militansi iman umat Katolik masih tergolong rendah. Pemahaman tentang ajaran iman Katolik perlu terus didorong, begitu pula pendidikan pastoral politik yang dinilai masih minim.
Sinode ini menjadi momen reflektif yang menggerakkan seluruh komponen Gereja untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan ini. Melalui berbagai program pembinaan, katekese, dan peningkatan solidaritas, Gereja Keuskupan Sibolga berharap dapat membawa perubahan positif dan menciptakan komunitas Katolik yang lebih hidup, berdaya, dan bersatu dalam iman.
Berakar dalam Iman
Pada hari terakhir (Jumat, 18/10/2024), peserta merumuskan visi-misi Gereja Keuskupan Sibolga untuk lima tahun mendatang berdasarkan masalah-masalah pokok dan sebab kunci yang telah diidentifikasi dan ditetapkan oleh peserta dalam sidang pleno.
Visi yang dirumuskan adalah Gereja Keuskupan Sibolga yang berakar dalam iman, bertumbuh dalam persekutuan, berbuah dalam kesaksian. Ada empat misi yang disepakati sebagai jalan untuk mewujudkan visi tersebut.
Pertama, meningkatkan iman kekatolikan melalui pastoral keluarga yang berkelanjutan dan pewartaan yang kontekstual. Kedua, meningkatkan persekutuan umat dalam komunitas basis teritorial dan kategorial. Ketiga, mewujudkan aksi-aksi solidaritas bagi kaum lemah dan terpinggirkan. Keempat, meningkatkan keterlibatan umat Katolik dalam tatanan hidup bermasyarakat melalui pastoral politik.
Sebagai bagian dari strategi, pemberdayaan petugas pastoral, baik tertahbis maupun awam, dan pemberdayaan komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial paling diutamakan. Nilai-nilai inti yang menjadi pedoman adalah Persekutuan, Belas Kasih, Solidaritas, Subsidiaritas, Kebenaran, Keadilan, Ketekunan, Keberanian, Tanggung Jawab, dan Kesetaraan.
Para peserta tetap setia pada setiap proses pelaksanaan Sinode hingga penutupan dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Kon-Katedral Bunda Para Bangsa, Gunungsitoli.
Hadamean Tumanggor dari Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.45, Tahun Ke-78, Minggu, 10 November 2024