web page hit counter
Jumat, 15 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Pernahkah anda mendengar atau mengikuti Misa Gregorian (30 hari)? Apa yang terlintas pada pikiran anda ketika mendengar istilah Misa Gregorian 30 hari. Ini bukan soal misa yang dirayakan dengan menyanyikan lagu-lagu gregorian, melainkan serangkaian misa yang diadakan selama 30 hari berturut-turut khusus untuk mendoakan jiwa seseorang yang telah meninggal. Tradisi ini berasal dari Gereja Katolik dan didasarkan pada kepercayaan bahwa misa-misa ini dapat membantu mempercepat jiwa orang yang meninggal untuk mencapai keselamatan atau diampuni dari sisa dosa di dunia, terutama jika mereka berada di api penyucian.

Asal Usul dan Sejarah

Tradisi mendoakan seseorang yang meninggal selama 30 hari sudah berlangsung sejak masa Perjanjian Lama, diketahui bahwa orang-orang Yahudi berduka atas kematian Musa selama 30 hari berturut-turut. “Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlan hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.” (Ulangan 34:8)

Istilah “Gregorian” berasal dari Paus Gregorius Agung (540–604), yang dikatakan pertama kali memulai praktek ini. Menurut cerita yang tercatat dalam tradisi Katolik, pada tahun 590 di biara St. Andreas, Roma (sekarang dikenal dengan nama Biara Santo Gregorius Agung), Paus Gregorius berdoa selama 30 hari berturut-turut bagi seorang biarawan yang meninggal agar jiwanya dibebaskan dari api penyucian. Setelah rangkaian doa ini, biarawan tersebut dikatakan menampakkan diri dalam sebuah penglihatan dan menyatakan bahwa jiwanya telah diselamatkan berkat misa-misa yang dipersembahkan untuknya.

Nama biarawan itu Justus. Ia muncul dalam penglihatan kepada temannya Copiosus dan berkata, “Saya baru saja menerima pengampunan Komuni dan pembebasan dari api penyucian karena Misa yang dipersembahkan untuk saya.” Para biarawan melakukan perhitungan dan mencatat bahwa tepat tiga puluh hari sejak tiga puluh Misa dimulai untuk Justus. Mereka berbagi penghiburan yang luar biasa ini satu sama lain, dengan kepala biara mereka dan dengan Paus Gregorius. Kisah ini pun ditulis Santo Gregorius dalam bukunya yang berjudul Dialog.

Berita ini menyebar dan semakin banyak dilakukan oleh umat Katolik untuk mendoakan anggota keluarga yang meninggal dengan harapan jiwa tersebut segera terbebas dari api penyucian. Tradisi ini masih berlangsung hingga sekarang. Lama kelamaan orang menyebutnya dengan istilah Misa Gregorian.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Dasar Teologi dan Kepercayaan

Dalam teologi Katolik, terutama dalam ajaran mengenai api penyucian (Purgatorium), dipercaya bahwa beberapa jiwa memerlukan “penyucian” sebelum masuk ke surga. Meskipun seseorang telah menerima sakramen terakhir dan pengampunan dosa, keterikatan dengan dosa atau hal-hal duniawi bisa membuat mereka tidak siap untuk langsung masuk surga.

Angka 30 dalam misa Gregorian dipandang memiliki makna yang mendalam dalam iman Katolik. Dalam Kitab Suci, angka 30 sering kali merujuk pada masa persiapan, penyembuhan atau pengampunan. Misalnya, umat Israel berdukacita selama 30 hari setelah Musa meninggal, yang melambangkan masa berkabung dan penyucian.

Misa adalah bentuk doa yang paling kuat dalam ajaran Katolik karena merupakan perayaan sakramen Ekaristi, yang mengingatkan dan menghidupkan kembali pengorbanan Kristus untuk keselamatan manusia. Misa yang dilakukan selama 30 hari berturut-turut dianggap memiliki kekuatan khusus karena secara simbolis, iman Katolik mengaitkan angka 30 dengan “tiga dekade hidup Kristus” atau “masa pengampunan” yang diberikan secara khusus untuk jiwa-jiwa di api penyucian. Jadi, misa Gregorian 30 hari dianggap sebagai bentuk kesatuan doa dengan pengorbanan dan kasih Kristus, yang diyakini sangat efektif dalam memohon belas kasih bagi jiwa di api penyucian.

Baca Juga:  Paus Fransiskus: Berada “Berhadapan”, tapi “Terhubung” Satu Sama Lain

Tujuan dan Manfaat 

Tujuan dari misa Gregorian adalah untuk membantu jiwa orang yang telah meninggal agar dapat lebih cepat mengalami kedamaian abadi di surga. Menurut kepercayaan Katolik, meskipun seseorang telah menerima sakramen terakhir atau telah diampuni dosa-dosanya sebelum meninggal, mereka mungkin masih membutuhkan “penyucian” di api penyucian karena dosa-dosa ringan atau keterikatan duniawi. Melalui misa Gregorian 30 hari, diyakini bahwa doa-doa ini akan membantu meringankan atau menghapus hukuman bagi jiwa tersebut.

Syarat-Syarat dan Tata Cara

Agar misa Gregorian dapat dilakukan secara sah menurut tradisi Katolik, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Pertama, misa harus dirayakan setiap hari tanpa terputus selama 30 hari. Kedua, misa dipersembahkan hanya untuk satu jiwa. Misa Gregorian tidak bisa dilakukan untuk beberapa jiwa sekaligus, melainkan hanya untuk satu orang yang telah meninggal. Ketiga, misa dilakukan di Gereja Katolik. Misa ini dilakukan oleh imam Katolik yang bertindak sebagai perantara dalam memanjatkan doa untuk jiwa yang bersangkutan. Keempat, dapat dilaksanakan secara individu atau kolektif. Jika seseorang, keluarga atau komunitas ingin mengadakan misa Gregorian namun mengalami kesulitan dalam melaksanakan secara pribadi, mereka dapat menghubungi gereja atau komunitas biara yang memiliki jadwal misa reguler.

Kepercayaan dan Makna 

Bagi umat Katolik, misa Gregorian 30 hari menjadi bentuk kasih sayang yang terakhir bagi anggota keluarga, kerabat atau teman yang telah meninggal. Selain membantu mempercepat proses penyucian, misa ini juga menjadi bentuk penghormatan dan memperlihatkan rasa peduli dari pihak keluarga bagi keselamatan jiwa orang yang meninggal.

Pandangan Gereja Katolik 

Misa Gregorian bukanlah ajaran dogmatik yang harus dipercaya oleh setiap umat Katolik, melainkan sebuah tradisi atau bentuk devosi yang diijinkan oleh Gereja. Umat diundang untuk percaya pada kekuatan doa, khususnya misa, sebagai sarana bantuan bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Gereja mengajarkan bahwa tidak ada jaminan pasti bahwa misa Gregorian akan mengeluarkan jiwa dari api penyucian, tetapi doa dan pengorbanan dengan ketulusan hati memiliki pengaruh besar atas belas kasih Tuhan.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Makna bagi Umat dan Keluarga

Bagi keluarga yang ditinggalkan, misa Gregorian sering kali memberikan rasa damai dan penghiburan. Mereka percaya bahwa melalui misa ini, mereka menunjukkan cinta kasih yang berlanjut untuk jiwa yang telah meninggal, sekaligus memohon agar jiwa tersebut dapat segera berada dalam kedamaian abadi di hadapan Tuhan. Misa ini juga merupakan kesempatan bagi keluarga untuk tetap terhubung dalam doa dengan orang yang mereka cintai, serta menjadi pengingat untuk menjalani hidup yang lebih suci dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Praktik dan Persepsi 

Meski misa Gregorian 30 hari merupakan tradisi yang sangat kuno, praktik ini masih dilakukan oleh umat Katolik hingga hari ini. Beberapa gereja atau komunitas Katolik khusus bahkan mengatur jadwal khusus untuk misa Gregorian, karena adanya kebutuhan untuk memastikan misa dilaksanakan selama 30 hari berturut-turut.

Komunitas biara juga sering menjadi pilihan bagi keluarga yang ingin mengadakan misa Gregorian. Hal ini karena biara biasanya lebih disiplin dalam merayakan misa harian, sehingga lebih mudah untuk memastikan misa-misa ini dapat terlaksana secara berturut-turut selama 30 hari.

Misa Gregorian 30 hari adalah salah satu bentuk devosi dalam iman Katolik yang bertujuan untuk menunjukkan rasa kasih, hormat dan kepedulian terhadap jiwa mereka yang telah meninggal serta mempertebal iman bahwa doa memiliki kekuatan membantu mereka di alam baka.

Bene Xavier dari Wina, Autria

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles