HIDUPKATOLIK.COM – Gal.3:7-14; Mzm.111:1-2,3-4,5-6; Luk.11:15-26
KETERBUKAAN hati merupakan adanya kesediaan menentukan sikap untuk berpikir dan merasa sebagaimana layaknya dan sepantasnya. Itu berarti mengakui seturut kebenaran dan apa adanya. Sebaliknya, hati tertutup mengandaikan tidak adanya pengakuan akan realitas yang sebenarnya. Yesus dalam karya pelayanan-Nya telah melakukan banyak tanda dan mukjizat. Orang sakit disembuhkan, orang bisu berkata-kata, yang kerasukan roh jahat dibebaskan, dsb. Orang banyak telah berdatangan kepada Yesus untuk mengalami langsung karya keselamatan.
Menyikapi karya keselamatan yang menakjubkan ini, ada sekelompok orang yang tidak mengakui. Mereka mencari-cari dalih dengan mengatakan bahwa Yesus mengusir setan atas kuasa penghulu setan. Mereka berusaha merongrong reputasi Yesus dengan macam tuduhan. Sikap seperti inilah tanda ketertutupan hati yang tidak dapat tergugah, sulit tersentuh, walau peristiwa itu sudah luar biasa. Memang, pikiran negatif akan menghasilkan prasangka, iri, dengki, ungkapan yang menyakitkan hati, dsb.
Karya Tuhan hanya dapat dialami dan dipahami dengan hati jernih dan pikiran positif, dan hidup dalam kebenaran. Bertolak dari pikiran ini, kita harus menentukan sikap sebagaimana kata Yesus: “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Luk. 11:23). Kasih dan keterbukaan hati akan memampukan manusia untuk melihat dan mengalami kasih Tuhan. Kasih pula yang memampukan manusia untuk menyalurkan kebaikan pada sesama.
Pastor Octavianus Situngkir, OFMCap
Komisi Kateketik Keuskupan Agung Medan (KAM)